Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kesehatan menyatakan imunisasi dengan lebih dari satu jenis vaksin antigen yang diberikan dalam satu kali kunjungan tidak langsung menyebabkan kematian pada anak.

Suntikan yang dikenal dengan imunisasi ganda ini sebenarnya memberikan perlindungan ganda bagi anak.

Mengacu pada rekomendasi Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), imunisasi ganda aman dan memberikan manfaat yang besar karena layanan imunisasi akan efektif jika anak segera terlindungi dari beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (VPD) dalam satu kali kunjungan.

Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosefin, M.K.M menjelaskan, penyuntikan imunisasi ganda dilakukan di lebih dari 160 negara, tidak hanya di Indonesia.

Vaksinasi ganda tidak menyebabkan kematian. Miliaran vaksin telah diberikan di seluruh dunia, jelas Prima seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan.

“Lebih dari 160 negara memberikan minimal dua suntikan dalam satu sesi vaksinasi dalam jadwal vaksinasi rutin mereka, antara lain Amerika, Jepang, Inggris, dan Kanada. Di Indonesia sendiri, vaksinasi ganda dilakukan di Provinsi Yogyakarta. sudah dilaksanakan sejak tahun 2007,” imbuhnya.

Menurut Prima, kasus kematian setelah vaksinasi sangat jarang terjadi. Jika hal ini terjadi, maka semua kasus tersebut harus diselidiki dan dipelajari secara menyeluruh dan mendalam sebab akibat.

“Bukti hingga saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus tersebut merupakan kejadian kebetulan – kejadian buruk pasca imunisasi (APE) yang bukan disebabkan oleh vaksin atau kesalahan prosedur,” tutupnya.

Ketua Komisi Republik Bidang Pengkajian dan Pengobatan Efek Samping Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof. Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.Trop.Paed juga menegaskan bahwa imunisasi tidak dapat menyebabkan kematian dan telah dianjurkan sejak tahun 2003.

“Hampir semua vaksin bisa diberikan beberapa kali. “Pemasukan lebih dari 3 jenis antigen tidak menyebabkan kematian,” tegasnya.

Ia menjelaskan, pada dasarnya kombinasi apa pun boleh-boleh saja. Efeknya umumnya ringan, berumur pendek dan hilang dengan atau tanpa pengobatan.’

Mengenai dampak imunisasi yang berhubungan dengan kematian, Prof Hindra mengatakan itu merupakan kondisi serius yang disebut syok anafilaksis. Reaksi anafilaksis akibat vaksinasi sangat jarang terjadi.

KIPI berat yaitu menunjukkan gejala yang serius dan biasanya tidak berlangsung lama, seperti kecacatan, syok anafilaksis, dan alergi. Syok anafilaksis memerlukan perawatan yang cepat dan tepat.

“KIPI berat akibat imunisasi adalah syok anafilaksis yang terjadi 30 menit setelah imunisasi,” jelasnya.

Prima menambahkan, syok anafilaksis pasca imunisasi sangat jarang terjadi.

“Kasus anafilaksis sangat jarang terjadi dan sebagian besar dapat menyebabkan kematian segera setelah vaksinasi, biasanya dalam 30 menit pertama. “Tetapi hal ini belum dapat dibuktikan melalui penelitian yang mendalam atau ekstensif dan penelitian kausal,” imbuhnya. vaksinasi ganda untuk anak-anak

Ada beberapa syarat dalam melakukan vaksinasi, salah satunya adalah anak harus dalam keadaan sehat. Sebelum menerima suntikan lebih dari satu jenis vaksin antigen, penyedia layanan kesehatan biasanya melakukan skrining pada anak.

Yosephine, Direktur Manajemen Imunisasi Prima, menjelaskan tidak ada perbedaan persyaratan kesehatan untuk imunisasi dengan satu atau lebih antigen.

“Aman untuk melakukan vaksinasi pada anak yang sehat, tidak menderita penyakit serius, dan tidak dalam keadaan imunodefisiensi. “Tenaga medis melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh bayi dan anak sebelum vaksinasi,” jelasnya.

“Jika anak sakit akan dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.”

Setelah vaksinasi, bayi atau anak diminta menunggu 30 menit untuk mengamati kemungkinan terjadinya NEP.

“Petugas memberikan informasi cara menangani PMS yang mungkin berkembang setelah bayi atau anak kembali dan diminta untuk memberitahukan kepada tenaga kesehatan terdekat jika terjadi PMS,” lanjut Prima.

Menurut Prima, Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari mengatakan, syarat mendapat suntikan ganda adalah anak harus sehat. Orang tua dapat memantau KIPI.

“Kalau (anak) sehat bisa mendapat vaksinasi ganda. Pemantauan ketat terhadap NPP bisa terdeteksi pada 30 menit pertama, pemantauan selanjutnya dilakukan oleh orang tua, setelah mendapat informasi dari petugas kesehatan yang memberikan vaksinasi,” dia dikatakan. .

“Tanda bahaya (gejala PNPP) juga perlu disampaikan agar orang tua dapat segera membawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.” Tips vaksinasi ganda

Imunisasi ganda dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti klinik, rumah sakit, puskesmas, dan panti jompo. Rekomendasi pelaksanaan imunisasi ganda di fasilitas pelayanan kesehatan menurut informasi Kementerian Kesehatan RI: 1. Persiapan kabinet untuk penyuntikan.

Ruangan tempat penyuntikan harus bersih. Pastikan hanya ada pemberi vaksin (suntik), anak, dan pendamping (orang tua atau wali). 2. Dapatkan konsultasi

Jelaskan manfaat imunisasi dan kemungkinan terjadinya AE seperti demam atau nyeri yang merupakan reaksi normal setelah penyuntikan. Jelaskan kepada orang tua apa yang harus dilakukan jika terjadi reaksi dan minta mereka segera menghubungi dokter atau bidan jika kondisinya tidak membaik setelah 2-3 hari. 3. Tempat penyuntikan

Jika anak bisa berjalan, tempat suntikan harus di lengan. Namun, pada anak usia 2 bulan ke atas, suntikan biasanya diberikan pada paha kanan dan kiri untuk mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman.

Biasanya masih terasa nyeri di tempat suntikan pertama, sehingga untuk mengurangi rasa sakit yang berlebihan, diberikan suntikan kedua di paha lainnya. Namun atas rekomendasi dokter atau ahli kesehatan, suntikan kedua dapat diberikan di tempat yang sama dengan jarak kira-kira. 2,5 sentimeter.

Di tingkat nasional, Indonesia telah memperkenalkan imunisasi ganda sejak tahun 2017, yaitu vaksinasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan vaksin polio/IPV suntik pada bayi usia 4 bulan.

Selain itu, terdapat jadwal vaksinasi ganda untuk vaksinasi selanjutnya yaitu campak, rubella-2 dan DTP-HB-Hib-4 untuk anak usia 18 bulan.

Vaksin DTP-HB-HiB diberikan untuk mencegah 6 penyakit, antara lain difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, serta penyakit radang paru-paru (pneumonia) dan meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Hib.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel