Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor sejumlah barang asal Israel meningkat di tengah maraknya boikot terhadap produk-produk yang berafiliasi atau pro-Israel. 

Direktur Statistik Distribusi BPS Efliza mengatakan, total nilai impor Indonesia meningkat 14,82% secara bulanan (month-on-month/mtm) pada Mei 2024. 

Peningkatan sebesar 532,05% terjadi secara bulanan untuk impor Indonesia dari Israel. Nilai impor barang dari Israel dilaporkan mencapai US$ 5.976.079 atau US$ 5,97 juta pada April 2024 dan Mei 2024 dari US$ 945.503. 

Meski meningkat, Eflisa mengatakan proporsi nilai impor Israel hanya 0,03% dari total impor Indonesia yang berjumlah US$19.399.750.676 atau US$19,3 miliar pada Mei 2024. 

Namun pangsa kenaikan total impor Indonesia hanya 0,03%, karena rasio nilai impor Israel hanya 0,03% dari total impor Indonesia, kata Eflisa kepada Bisnis, Rabu (26/6/2024).

Berdasarkan data BPS, impor dari Israel pada periode Januari-April 2024 mencapai US$29,2 juta. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan nilai impor tahun 2023 sebesar US$ 21,9 juta. Jenis barang

Saat ini terdapat kelompok komoditas yang mengalami peningkatan cukup pesat. Berdasarkan data BPS yang diterima Bisnis, Rabu (19/6/2024), nilai impor mesin/peralatan elektronik dan suku cadang (HS 85) mengalami pertumbuhan signifikan pada Mei 2024. 

Untuk produk ini, nilai impornya tercatat sebesar US$ 3,86 juta atau meningkat 1,204% dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 296.448. Volume HS 85 meningkat dari 765 kg pada bulan April 2024 menjadi 31.001 kg pada bulan Mei 2024.

Barang dengan nilai impor tertinggi dari Israel selanjutnya adalah mesin/peralatan mekanik dan suku cadangnya (HS84). BPS mencatat nilai impor komoditas ini sebesar US$1,30 juta atau meningkat 820% dibandingkan April 2024 sebanyak 141.648. Volume pun meningkat menjadi 33.591 kg dari bulan sebelumnya 10.116 kg.

Indonesia menduduki peringkat ketiga nilai impor bahan kimia organik (HS29) sebagai produk yang paling banyak diimpor dari Israel. Pada Mei 2024, nilai impor komoditas ini mencapai US$ 150.546 atau meningkat 431,16% dari April 2024 yang tercatat US$ 3.409.

Dari segi volume, produk ini juga mengalami peningkatan. Pada Mei 2024, volume impor komoditas ini tercatat sebesar 3.214 kg, naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3 kg.

Secara kumulatif atau periode Januari-Mei 2024, nilai impor terbesar produk yang diimpor dari Israel adalah mesin/peralatan mekanik dan suku cadang dengan volume 1,74 juta kg dengan total US$25,82 juta, disusul mesin/peralatan listrik dan suku cadang US$5. ,10 juta dengan volume 37.062 kg serta peralatan dan perlengkapan dari logam tidak mulia dengan volume 6.808 kg senilai US$ 1,55 juta. 

Perlu ditambahkan bahwa data ekspor-impor BPS disusun oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), diisi langsung oleh eksportir dan importir pada data dokumen ekspor-impor, jelasnya. 

Tidak ada hubungan diplomatik 

Kehadiran aktivitas impor dari Israel tentu menimbulkan pertanyaan. Bagaimana. Pasalnya, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut. 

Dalam catatan Bisnis, Rabu (18/10/2023), Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Budi Santoso menduga impor dari negara yang sedang berkonflik dengan Palestina bisa dilakukan melalui negara lain sebagai pihak ketiga. .

“Iya kalau lewat negara lain, asal tahu dari negara ketiga,” kata Budi saat ditemui ICE di BSD, Rabu (18/10/2023). 

Namun, meskipun negara-negara tersebut belum memiliki perjanjian dagang atau hubungan bilateral dengan Indonesia, barang dapat diimpor dari negara mana pun selama negara tersebut mengizinkan untuk diimpor.

“Selama impor diperbolehkan, kami akan menerimanya,” kata Boody.

Tanggapan serupa juga diberikan Plt. Kepala BPS, Amalia Adiningar Vidyasanti. Ia menyatakan, meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengimpor dari Israel.

Sebab impor dari Israel dilakukan secara business-to-business (B2B) antara eksportir dan importir di kedua negara.

“Kalau kita tidak punya hubungan diplomatik, bukan berarti kita tidak bisa menjalin hubungan dagang secara ekonomi. Masih bisa karena bersifat business to business,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (16/16/2016). 10/2023).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Reformasi Ekonomi Mohd Faisal menegaskan Indonesia tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dan juga tidak boleh menjalin hubungan dagang langsung.

Namun aktivitas impor kemungkinan besar dilakukan melalui negara ketiga atau B2B.

“Saya tidak tahu apakah lewat Singapura atau negara lain sebagai perantaranya, tapi kabarnya masih dari Israel, tapi tidak langsung. Jadi lewat negara ketiga dan ini artinya transaksi B2B,” jelasnya. Rabu (26/6/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel