Bisnis.com, JAKARTA – Larangan impor terbatas (Lartas) mulai berdampak pada impor konsumen yang turun 23,96% year-on-month (mtm) pada April 2024. Namun efektivitas Lartas dinilai masih terbatas. 

Ekonom Pusat Reformasi Ekonomi (Teras), Yusuf Rendy Manilet mengatakan, dampaknya masih kecil jika melihat tingginya tren kumulatif impor barang konsumsi periode Januari-April 2024. 

Artinya secara umum permintaan barang konsumsi masih tumbuh relatif positif dan itu yang saya sampaikan kalaupun berdampak, dampak kebijakan impor ini cukup terbatas, ujarnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (17 ./5/2024). 

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang konsumsi periode Januari-April 2024 meningkat 12,55% dengan nilai US$ 6,8 miliar. Pada April 2024, nilai impor barang konsumsi sebesar US$ 1,4 miliar. 

Melihat situasi tersebut, dia menilai pembatasan impor sedikit banyak mempengaruhi masuknya barang jadi, meski belum diterapkan, namun masih perlu didorong untuk beberapa produk impor. 

Di sisi lain, Yusuf tidak melihat impor sebagai strategi menjaga surplus perdagangan. Penyebabnya adalah adanya peningkatan ekspor. 

Namun surplus yang terjadi bukan semata-mata karena terbatasnya larangan impor, tapi juga karena faktor pertumbuhan ekspor, ujarnya. 

Selain itu, pada bulan lalu terjadi depresiasi nilai tukar rupiah yang cukup dalam sehingga dapat berdampak pada perubahan nilai ekspor meskipun perubahan volumenya tidak terlalu besar.

BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar US$3,56 miliar pada April 2024. Sementara secara kumulatif, surplus perdagangan Januari-April 2024 mencapai US$10,87 miliar. 

Deputi Bidang Distribusi dan Pelayanan BPS Pudji Ismartini mengatakan, situasi ini mengalami penurunan sebesar US$1,02 miliar secara bulanan (month to Month/mtm).

Dia mengatakan, surplus perdagangan pada Maret 2024 lebih rendah dibandingkan bulan lalu atau bulan yang sama tahun lalu. 

“Surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 sebesar US$4,47 miliar. Jadi neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun berturut-turut,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (15/5/2024). . ). 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel