Bisnis.com, Jakarta – Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan tetap pada jalurnya pada tahun 2024 dan 2025. Di sisi lain, IMF memperingatkan mengenai dua tantangan utama yang mengancam keberlanjutan pertumbuhan tersebut.
Dalam World Economic Outlook (WEO) Juli 2024, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,2% pada tahun 2024, tidak berubah dibandingkan proyeksi WEO edisi April 2024.
IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan sedikit meningkat menjadi 3,3% pada tahun 2025. Perkiraan ini sedikit 0,1% di atas perkiraan WEO bulan April.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan negara-negara emerging market di Asia, khususnya India dan Tiongkok, yang menyumbang sekitar 50% pertumbuhan global.
Proyeksi tersebut juga didasarkan pada inflasi global yang diperkirakan akan turun menjadi 5,9% pada tahun 2024 dari 6,7% pada tahun lalu, meskipun penurunan inflasi diperkirakan akan melambat di banyak negara maju, terutama Amerika Serikat.
“Pada bulan April, kami memperkirakan inflasi global akan turun menjadi 5,9% pada tahun ini dari 6,7% pada tahun lalu, yang secara umum merupakan soft landing,” jelas Gourinchas dalam keterangan resminya yang dikutip Rabu (17/7/2024). jalan.”
Di sisi lain, ia memperingatkan adanya dua risiko besar lainnya bagi perekonomian dalam jangka pendek.
Salah satu risikonya terletak pada tantangan deflasi yang lebih besar di negara-negara maju, yang dapat memaksa bank sentral, termasuk Federal Reserve, untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Hal ini akan menempatkan pertumbuhan secara keseluruhan dalam risiko, dengan tekanan yang lebih besar terhadap dolar AS dan efek berantai yang berbahaya bagi negara-negara berkembang,” jelas Gourinchas dalam keterangan resminya, Selasa (16/7/2024).
Tantangan kedua, menurut Gourinchas, tantangan fiskal perlu diatasi secara langsung. Hal ini disebabkan oleh memburuknya anggaran pemerintah, yang menyebabkan banyak negara menjadi lebih rentan dibandingkan sebelum pandemi ini.
Oleh karena itu, buffer yang kuat memberikan perekonomian sumber daya fiskal yang diperlukan untuk menghadapi guncangan yang tidak terduga. Namun, banyak negara tidak melakukan hal ini, dan hal ini meningkatkan ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi. Proyeksi konsolidasi fiskal di banyak negara sebagian besar masih belum memadai.
Dia juga mengatakan, “Sangat mengkhawatirkan bahwa negara seperti Amerika Serikat, yang memiliki lapangan kerja penuh, mengejar posisi fiskal yang mendorong rasio utang terhadap PDB lebih tinggi lagi, yang berisiko terhadap perekonomian domestik dan global.”
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel