Bisnis.com, JAKARTA – Penyewa Pusat Data Sementara Nasional (PDNS), instansi dan lembaga pemerintah mengaku khawatir dengan penyimpanan data penting di PDNS 2 setelah infrastruktur penting tersebut dibobol.
Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Institut ICT Indonesia, mengatakan dampak serangan ransomware di PDNS 2 membuat para penyewa curiga.
Ia meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika “membersihkan” PDN dengan mengubah standar operasional, merencanakan dan mengelola sumber daya manusia (SDM) yang menjalankan pusat data PDN untuk menjamin keamanan dan memulihkan kepercayaan penyewa.
“Akibat kejadian ini, para penyewa PDN akan ragu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan SOP [standar operasional prosedur], perencanaan, sumber daya manusia, dan lain-lain untuk mengembalikan kepercayaan,” kata Heru kepada Bisnis.
Setelah PDNS diretas, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia melakukan outsourcing layanan imigrasi langsung ke penyedia komputasi awan swasta. Langkah ini diambil untuk memastikan layanan yang stabil.
Menkumham tidak menampung server di PDNS yang anggarannya 700 miliar.
Heru menjelaskan, dalam hal ini pemerintah perlu melakukan perubahan dan perbaikan di kantor pusat. Jika tidak, bisnis pusat data akan terus mengalami kesulitan.
“Justru masyarakat, pengguna jasa, pusat data, termasuk pusat data nasional, harus ditingkatkan agar bisa memanfaatkan data center tersebut untuk menyimpan data atau menyediakan software kepada masyarakat,” ujarnya.
Menurut Heru, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya insiden siber, antara lain lemahnya sistem keamanan siber, adanya pengguna malware atau ransomware, peretas terpercaya, serta tim keamanan informasi PDNS 2 Surabaya yang tidak dikelola dengan baik.
Heru juga menyarankan perluasan rencana pembangunan data center. Misalnya ada PDN primer, PDN cadangan, dan PDN cadangan.
“Manajemen risiko juga harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, ketika terjadi peristiwa, SOPnya harus jelas dan tindakan mitigasinya harus jelas dan cepat, ujarnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Forum Keamanan Siber Indonesia Ardi Sutedja mengatakan, kejadian PDNS 2 telah mengajarkan pengguna layanan untuk lebih kritis dalam memilih fasilitas atau layanan pengelolaan data.
Lebih lanjut, Ardi mengatakan kejadian ini akan mempengaruhi prospek pusat data ke depan karena serangan ransomware sudah menjadi masalah global. Selain itu, tarif PDNS 2 berdampak pada citra dan integritas industri.
Artinya, dari sudut pandang perdagangan global, PDN pun merupakan era yang paling kompleks, karena PDN bukan hanya barometer pemerintah, tapi juga industri, kata Ardi saat dihubungi Bisnis.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA