Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir semester I/2024 kemungkinan masih melemah di tengah aksi jual investor asing. Bahkan, di pasar saham Asia Tenggara (ASEAN), IHSG menempati peringkat kedua terbawah dibandingkan bursa lainnya.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (14/06/2024), IHSG berada di level 6.734,83 ​​tercatat melemah 7,40% dari tahun 2024. Selain itu, IHSG akan kembali mencapai titik terendahnya. angka pada tahun 2024.

Di sisi lain, catatan perdagangan menunjukkan investor asing melakukan perdagangan Rp 8,56 triliun sepanjang tahun 2024. Meski investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp 28,25 triliun pada Maret 2024.

IHSG pun menjadi indeks saham terlemah kedua di Asia, setelah bursa Thailand yang sedikit berbeda dengan melemah 7,70% dibandingkan tahun 2024.

Sementara itu, di IHSG, pasar saham Filipina masih melemah 1,03% dari tahun 2024. Selain itu, pasar saham Vietnam berhasil memimpin pasar perdagangan Asia dengan kenaikan 15,19% dari tahun 2024.

Di pasar Asia Pasifik, atau di antara negara-negara Asia lainnya, Indonesia menempati posisi terlemah ke-12 atau kedua. Sementara itu, Bursa Efek Taiwan masih menguasai pasar Asia dan berhasil mencatatkan peningkatan sebesar 25,51% dibandingkan tahun 2024.

Kepala Ekonom Grup BCA David Sumual mengatakan pelemahan IHSG tidak lepas dari langkah investor asing yang cenderung menjual saham-saham di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Ini merupakan strategi untuk memindahkan uang investor ke negara lain yang valuasinya lebih menarik.

“Contohnya China yang valuasinya dinilai menarik, sudah melakukan aksi jual pada tahun lalu. Bursa saham India juga mengalami kenaikan bobot MSCI, apalagi pemilunya juga relatif sukses,” jelasnya kepada Bisnis.

David juga mengomentari pendapat Morgan Stanley mengenai prospek pasar saham Indonesia yang underweight. Menurut dia, tindakan investor asing tersebut bersifat sementara dan hanya merupakan keputusan taktis yang bersifat sementara. Potensi rebound

Menurut David, keadaan bisa berbalik jika Federal Reserve menurunkan suku bunga acuannya, yang diperkirakan akan dilakukan pada kuartal keempat tahun 2024. Perkiraan penurunan suku bunga The Fed berubah karena perekonomian AS kuat dan inflasi belum tercapai. target The Fed.

“Kondisi ini bisa berbalik jika The Fed memangkas suku bunganya, mungkin paling cepat pada kuartal IV 2024. Rupiah juga bisa terapresiasi,” imbuhnya.

Nilai tukar rupiah pada akhir pekan lalu, Jumat (14/6/2024) anjlok ke level terlemahnya sejak April 2020. Sekadar mengingatkan, saat itu Indonesia baru saja dilanda pandemi Covid-19.

Pekan ini pasar menunggu keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20 Juni 2024, pelaku pasar memperkirakan BI rate akan dipertahankan di level 6,25%. Namun pergerakan rupiah pada pekan depan juga relatif terbatas mengingat saat ini merupakan libur Idul Adha pada 17 dan 18 Juni 2024.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (14/6/2024), rupiah ditutup diperdagangkan menguat 0,87% atau setara 142 poin ke Rp 16.412 per Dolar Amerika. Saat ini indeks dolar terpantau menguat 0,34% ke 105,55.

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, yang terjadi pada IHSG saat ini berorientasi ke AS. itu. 

Tak hanya itu, menurutnya, pasar saham Indonesia mulai kehilangan daya tariknya di mata investor asing, tercermin dari aksi jual bersih (net sale) di pasar saham sebesar Rp 8,56 triliun berdasarkan data Indonesia. saham. Bursa (BEI) mulai Jumat (14/6).

“Apa yang terjadi di dunia keuangan saat ini, termasuk IHSG di Indonesia, semuanya berorientasi ke AS. Investor asing kini enggan berinvestasi di pasar baru, termasuk Indonesia,” jelas Liza dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Indonesia Investment Education, Sabtu. (15/6/2024).

(Fasia Kalak Muhammad)

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel