Bisnis.com, Jakarta — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada hari ini, Rabu (14 Agustus 2024), memecahkan rekor kapitalisasi pasar tertinggi. Saham-saham seperti WIKA, VKTR Grup Bakri, dan BRPT Prajogo Pangestu ditutup menguat pada sore hari.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berada di level 7.436,03 atau naik 1,08% hingga pukul 16.00 WIB, menembus level tertinggi sepanjang masa 7.433,31 yang tercatat pada Kamis (14 Maret 2024).​

Tercatat menguat sebanyak 333 saham, mencatat menurun sebanyak 241 saham, dan mencatat meningkat sebanyak 220 saham. Kapitalisasi pasarnya tercatat sebesar Rp 12,636 miliar, yang merupakan kapitalisasi pasar tertinggi yang pernah ada di BEI.

Saham BUMN Karya seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) naik 18,8% ke Rp 316 per saham dan tercatat sebagai salah satu pencetak keuntungan terbesar hari ini.

Saham lain yang mengalami kenaikan adalah emiten Grup Bakrie PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) naik 13,93% ke Rp 139, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) milik Prajogo Pangestos juga naik 7,14% hari ini menjadi Rp 1.125.

Sedangkan berdasarkan nilai perdagangan, saham BBRI menjadi saham dengan nilai perdagangan terbesar saat ini senilai Rp 1,3 triliun. Saham BBRI menguat 2,12% ke Rp 4.820 per saham.

Disusul saham BMRI dan saham BBNI dengan nilai perdagangan masing-masing Rp 690 miliar dan Rp 492 miliar. Saham BMRI naik 1,07% ke Rp 7.075 per saham dan saham BBNI menguat 1,93% ke Rp 5.275 per saham.

Tim riset Pilarmas Investindo Securitas mengatakan indeks IHSG dan bursa regional Asia berpeluang menguat mengikuti tren positif bursa AS akibat data inflasi produsen AS yang lebih lemah dari perkiraan. Hal ini juga mendukung spekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya.

Hal ini terjadi setelah pengumuman bahwa indeks produsen bulan Juli menunjukkan peningkatan sebesar 0,1% dibandingkan 0,2% pada bulan sebelumnya.

“Pelaku pasar bereaksi terhadap rilis data yang menunjukkan pertumbuhan produsen AS melambat. Dengan demikian, hal ini akan menjadi pertimbangan dalam kebijakan moneter The Fed, sehingga membuka lebih banyak peluang untuk menurunkan suku bunga acuan,” tulis Pilarmas. . Tim Peneliti Securitas, Rabu (14/8/2024).

Akibatnya, pelaku pasar semakin berspekulasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya.

Namun di sisi lain, pasar juga menantikan pengumuman indeks harga konsumen pada bulan Juli. Data ini juga akan menjadi bahan pertimbangan The Fed terkait kebijakan moneternya ke depan.

Di sisi lain, pasar cenderung berhati-hati menjelang rilis statistik penjualan ritel dan produksi industri Tiongkok untuk bulan Juli. Pasar sangat menantikan data ini karena akan memberikan wawasan mengenai upaya pemulihan signifikan yang dilakukan pemerintah Tiongkok untuk meningkatkan perekonomian domestik.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel