Bisnis.com, JAKARTA – IHSG melemah seiring melemahnya saham pemasok Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) bersama banyak perusahaan besar lainnya seperti BBCA, AMMN, GOTO. Di sisi lain, rupee terdepresiasi karena tekanan dolar AS.

IHSG turun 1,32% atau 94,01 poin menjadi 7.046,21 pada pukul 12.00 WIB atau sesi I perdagangan Kamis (30/5/2024). Pada sesi pagi, indeks bergerak pada kisaran 6.984,97-7.140,77.

IHSG anjlok saat saham BREN anjlok. Saham BREN turun 10 poin atau 9,88% ke Rp 9.125.

Selain itu, saham-saham pemberat IHSG lainnya adalah BBCA turun 0,55%, AMMN turun 6,63%, GOTO turun 4,23%, ASII turun 2,02%, dan BBNI turun 0,66%. Saham-saham yang mendapat gainer terbesar adalah BBRI 0,45%, BMRI 0,43%, TPIA 1,09%.

Kemarin IHSG turun 1,56% atau 113,39 poin ke 7.140,2. Saham Prajogo Pangestu seperti BREN, BRPT, CUAN dan PTRO masuk zona merah.

Hal ini terjadi bersamaan dengan masuknya BREN ke Pengadilan Pengawasan Khusus dalam mode lelang keliling penuh. Sedangkan saham BREN memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kemarin saham BREN turun kurang dari 10% ke Rp 10.125. Sejak awal diperdagangkan, saham BREN otomatis ditolak (ARB).

Saham BREN sendiri naik 1,198% setelah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada September 2023. BREN tercatat di bursa dengan harga Rp 780 per saham.

Analis pasar keuangan dan pendiri WH-Project William Hartanto mengatakan anjloknya saham BREN merupakan reaksi penjualan sekaligus reaksi negatif pasar. 

“Bukan karena BREN itu FCA sebulan dan ARB sebulan lagi. Sesekali bisa saja kembali dan itu hanya proses jual sebagai reaksi negatif pasar,” kata William saat dihubungi, Rabu (29/5). /2024). 

William mengatakan, tindakan investor saat ini hanya akan terjadi dalam waktu singkat. Menurut dia, IHSG kembali bergerak sideways pada rentang 7.000-7.180.

Sementara itu, kelompok riset Pilarmas Investindo Securitas mengatakan sentimen terhadap IHSG juga berasal dari sumber eksternal, yakni kenaikan imbal hasil US Treasury 10-tahun. Treasury naik hampir 10 basis poin menjadi 5,545% karena pelaku pasar menjauh dari sekuritas ekuitas.

Kenaikan imbal hasil tersebut merupakan hasil pendapat para pejabat senior federal, khususnya presiden Minneapolis Fed Kashkari, yang mengatakan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kenaikan suku bunga jika tekanan inflasi kembali muncul.

Pada Rabu (29/5/2024), Departemen Keuangan AS dia menjadi mandiri dalam perdagangan Wall Street. Hal ini terjadi setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lama.

Dow Jones bertambah 1,06% menjadi 38,441.54, S&P 500 bertambah 0,74% menjadi 5,266.95 dan Nasdaq ditutup naik 0,58% menjadi 16,920.58.

Saham-saham AS berada di zona merah pada hari Rabu setelah kenaikan imbal hasil Treasury membuat investor gelisah mengenai apakah data terbaru akan mengubah arah suku bunga The Fed.

Saham-saham melemah karena investor mengabaikan kenaikan imbal hasil obligasi AS. setelah kegagalan lelang obligasi pemerintah menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lama.

Komentar mengejutkan The Fed mendorong dolar AS menguat dan menekan mata uang Asia lainnya, termasuk rupee. Rupiah melemah 91,5 poin atau 0,57% menjadi Rp16.251,5 per dolar AS pada pukul 12.10 WIB.

Nilai tukar rupiah bersama mata uang Asia lainnya seperti won Korea Selatan melemah 0,91%, ringgit Malaysia 0,08%, dan baht 0,28%. Indeks dolar AS menunjukkan tren penguatan hingga ke level 105.143.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA