Bisnis.com, Jakarta – Indeks saham Asia Tenggara pekan ini menghijau, begitu pula sebagian besar bursa saham Amerika Serikat dan kawasan Asia Pasifik. Namun laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak secepat indeks negara tetangga. 

Indeks SET Thailand merupakan indeks komposit dengan kinerja terbaik di antara negara-negara Asia, menurut data Bursa Efek Indonesia. Pada minggu ini, indeks SET membukukan penguatan sebesar 3,98%. 

Di bawahnya, indeks VN Vietnam menguat 2,44% dan indeks PSEi Filipina menguat 1,67% pada 19-23 Agustus 2024. 

Sedangkan IHSG sepekan menguat 1,51% dari 7.432,09 menjadi 7.544,29 pada perdagangan terakhir Jumat (23/08/2024). IHSG menembus level ATH selama 3 hari berturut-turut dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada penutupan perdagangan Rabu (21/8/2024) hingga mendarat di 7.554,59.

Senada dengan ketiga indeks tersebut, Indeks Straits Times Singapura juga menguat 1,05% dan Indeks KLCI FTSE Bursa Malaysia menguat 0,73%. 

Menghijaunya pasar saham ASEAN sejalan dengan kinerja pasar Asia Pasifik yang sebagian besar mulai menghijau, dipimpin oleh Hong Kong. Indeks Hang Seng menguat 1,04%, disusul indeks S&P BSE SENSEX India yang menguat 0,8%.

Sebaliknya, indeks komposit SSE Tiongkok melemah 0,87% dan indeks tertimbang TSE Taiwan melemah 0,86% dalam sepekan terakhir. 

Sementara itu, Wall Street menguat tipis pada pekan ini hingga penutupan perdagangan Kamis (22/08/2024) waktu setempat. BEI mencatat Dow Jones Industrial Average menguat 0,13% pada pekan ini. 

Baru-baru ini, Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat semakin memberikan indikasi jelas mengenai kebijakan penurunan suku bunga pada September 2024.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam pidatonya pada konferensi ekonomi tahunan di Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming pada Jumat (23/8/2024).

Seperti dilansir Reuters, Powell dalam pidatonya mengatakan bahwa risiko kenaikan inflasi telah surut. Pada saat yang sama, risiko penurunan lapangan kerja juga menurun.

“Waktunya telah tiba untuk menyesuaikan kebijakan. Arah perjalanannya jelas, dan waktu serta kecepatan penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko,” kata Powell dalam pidatonya yang sangat dinantikan.

Powell menggambarkan dua tujuan tindakan The Fed yang diberikan oleh Kongres Amerika Serikat telah tercapai secara praktis, yaitu mengembalikan inflasi ke angka 2 persen dan mengurangi pengangguran. Seperti diketahui, inflasi di AS meningkat hingga 7% dan tingkat pengangguran meningkat selama pandemi Covid-19. 

Powell mengatakan tingkat pengangguran berkisar sekitar satu persen tahun lalu, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan pasokan tenaga kerja dan perlambatan dalam perekrutan tenaga kerja. Hal itu, jelasnya, bukan dipicu oleh PHK atau kenaikan PHK.

Ia mengatakan, tingkat pengangguran AS saat ini sebesar 4,3 persen. Angka tersebut dinilai berada pada tingkat yang konsisten dengan inflasi yang stabil dalam jangka panjang. 

“Kami tidak mengharapkan atau mengharapkan pemulihan lain dalam kondisi pasar tenaga kerja,” kata Powell. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel