Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) menjalin kerja sama dengan Institut Kardiologi Negara Malaysia (IJN) untuk meningkatkan pelayanan medis di bidang kardiologi.

Menurut Direktur Medis IHC, Dr. Lia Gardenia Partakusuma, kerjasama ini dilakukan karena semakin banyaknya penderita penyakit jantung di Indonesia, khususnya di kalangan remaja dan anak-anak.

“Di Indonesia sendiri, angka penyakit jantung bawaan pada anak cukup tinggi. Sekitar lima juta bayi lahir, 45.000 hingga 50.000 di antaranya mengalami gangguan jantung. Secara umum, 80% tidak tertolong,” kata Lea, Senin. . . (3/5/2024).

Meningkatnya jumlah penyakit jantung tidak sebanding dengan kualitas dan kuantitas dokter spesialis jantung di Indonesia. Ia juga menyatakan, karena fasilitas kesehatan kardiologi di Indonesia masih terbatas, pengobatan pasien jantung belum maksimal. Apalagi teknologinya belum terlalu maju.

Mengadaptasi teknologi berkualitas tinggi di Indonesia sulit dilakukan karena pemerintah Indonesia masih ingin memberikan subsidi kepada peserta BPJS.

“Kita tahu, jumlah dokter bedah jantung di Indonesia masih terbatas,” jelasnya.

“Mungkin sudah ada beberapa rumah sakit yang berteknologi tinggi, tapi kita tahu biayanya mahal. Nah, teknologi tinggi ini tidak bisa segera masuk ke Indonesia karena kita lebih banyak menggunakan yang seperti BPJS dengan JKN.” dia berkata.

Melalui MOU ini, IHC dan IJN juga akan mengirimkan dokter asal Indonesia ke Malaysia untuk bertukar ilmu. Sebaliknya, selama empat tahun.

Presiden IHC Mira Syah Wahyuni ​​​​berharap kemitraan ini dapat memperluas layanan kesehatan di Indonesia, khususnya masalah penyakit jantung.

“Kemitraan ini merupakan wujud nyata komitmen jangka panjang IHC dalam membangun ekosistem kesehatan yang berkelanjutan dan efisien. Kami akan terus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas layanan, mengembangkan teknologi baru dan menjangkau masyarakat lebih luas,” jelas Mira.

Selain itu, menurut Aizai Azan Abdul Rahim, CEO IJN, kemitraan ini difokuskan tidak hanya pada pengembangan keterampilan medis khusus namun juga pada peningkatan infrastruktur layanan medis. Salah satu layanan yang diterapkan adalah pengobatan non bedah pada pasien jantung

“Kolaborasi dengan IHC akan mengembangkan infrastruktur dan memungkinkan dokter merawat pasien yang sakit, memberikan peluang untuk berbagi pengetahuan,” kata Aizai.

Selain itu, kurang lebih 3.000 WNI dengan riwayat penyakit jantung telah mendapatkan perawatan di IJN karena dinilai lebih terspesialisasi dari segi harga dan fasilitas.

Sependapat, Executive Vice President Pertahanan IJN Akmal Arif Mohammad Fauzi menjelaskan salah satu fasilitas adaptif tersebut adalah alat pacu jantung seukuran pil.

Kalau untuk alat pacu jantungnya, kotaknya yang dipasang di sini (di dada sebelah kiri) besar, sekarang menjadi kapsul pil yang besar, jelasnya.

Selain itu, alat yang digunakan untuk alat pacu jantung juga hanya berukuran saku. Artinya, alat yang digunakan untuk merawat pasien jantung berukuran minimal dan bisa dibawa saat beraktivitas. Perangkat-perangkat tersebut juga akan mengalami transformasi sesuai perkembangan teknologi.

Dalam jangka panjang, mereka berencana membuat subspesialisasi jantung khusus ibu hamil untuk mengurangi risiko penyakit jantung bawaan pada anak. (Muhammad Sultan Qadiyya Tua)

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA