Bisnis.com, JAKARTA – Para pengusaha menaruh harapan besar terhadap perundingan Indonesia mengenai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif dengan UE. (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Eropa Indonesia/IEU-CEPA), yang diharapkan dapat selesai dalam waktu dekat.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sinta Wijaja Kamdani mengatakan komitmen pembukaan pasar kedua belah pihak masih bisa berubah. Sebab perundingan IEU-CEPA masih berlangsung.
Sedangkan pada Juli 2024, perundingan IEU-CEPA akan memasuki putaran ke-19 dan telah berlangsung total selama delapan tahun.
“Kami berharap dialog kedua negara dapat membantu memastikan arah perundingan yang berjalan sejalan dengan kepentingan pelaku usaha,” kata Cinta saat dihubungi, Rabu (26/6/204).
Di sisi lain, operator ingin kedua pemerintah terus mencapai kemajuan dalam negosiasi yang terbuka dan fleksibel hingga kesepakatan tercapai.
Pengusaha juga berharap melalui IEU-CEPA, Indonesia memiliki akses pasar yang relatif lebih besar dari UE. Indonesia
“Dengan cara ini, hubungan GVC (Global Supply Chain) Indonesia-UE dapat terjalin dengan mudah. saling menguntungkan dan kompetitif bagi pengusaha kedua belah pihak,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan para operator kelapa sawit mengharapkan akses pasar yang lebih luas dan mudah di IEU-CEPA. Saat dikonfirmasi secara resmi
Pasalnya, selama ini produksi kelapa sawit Indonesia masih menghadapi kendala akibat penerapan RED I, RED II, ILUC dan EUDR (Anti-Deforestation Laws) yang rencananya akan diterapkan pada awal tahun 2025. Operator kelapa sawit IEU-CEPA mengharapkan adanya EUDR- yang lebih lancar untuk implementasi produk Indonesia.
“Karena jika Anda tidak mematuhi [EUDR], Anda akan keluar dari rantai pasokan. Pada akhirnya akan berdampak pada perusahaan,” jelas Eddie.
Presiden Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno membenarkan masih banyak produk pertanian asal Indonesia yang mengalami kendala untuk diekspor ke benua biru dengan harga $3, dengan harapan keberadaan IEU-CEPA dapat membantu menghilangkan diskriminasi terhadap produk yang diimpor Uni Eropa.
“Kami ingin UE memperlakukan produk kami secara setara. Mereka [Uni Eropa] memperlakukan produk-produk dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia dengan cara yang sama,” kata Benny.
Melansir Bisnis.com, Selasa (25/6/2024), Menteri Perdagangan (Mendagh) Zulkifli Hassan (Zulhas) menegaskan, pemerintah telah meminta untuk mengenakan bea masuk bebas bea terhadap sejumlah produk dalam kerangka Ekonomi Komprehensif Uni Eropa. perundingan Perjanjian Kemitraan (IEU-CEPA).
Menurutnya, saat ini konsensus yang ingin dicapai kedua belah pihak diperkirakan akan mengalami kemajuan yang signifikan. Pasalnya, pemimpin kedua negara sepakat untuk mempercepat penyelesaian perundingan IEU-CEPA.
“Sungguh, tidak ada perbedaan besar lagi. IEU-CEPA meminta agar produk tertentu dibebaskan dari pajak. Oleh karena itu, kami terima asalkan melakukan yang sebaliknya, misalnya kami minta susu, keju, banyak produk bebas bea. Kami juga membutuhkan baja, CPO, tekstil, dan banyak lagi. Jadi ini hampir [selesai], mudah-mudahan 1-5 Juli, kata Solhas.
Selain itu, ia mengatakan perundingan IEU-CEPA diharapkan selesai pada Juli 2024.
“Progresnya hampir 90% (selesai). Kami berharap bisa mengadakan pertemuan ke-19 di Indonesia bulan depan.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.