Bisnis.com, JAKARTA – PT IBM Indonesia melaporkan jumlah pelanggan kecerdasan buatan (AI) meningkat signifikan pada September 2024 dibandingkan periode sebelumnya. 

Direktur PT IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan perkembangan ini disebabkan tingginya permintaan AI di setiap perusahaan. Hampir semua perusahaan telah memutuskan untuk menggunakan kecerdasan buatan. Hal ini karena jika perusahaan tidak menggunakan AI secara efektif, mereka akan tertinggal dari pesaingnya.

Roy mengatakan kepada Bisnis, Rabu (16/10/2024), “Banyak (pertumbuhan). Sejak diperkenalkannya AI pada Agustus 2023, pertumbuhannya luar biasa.” 

Karyawan suatu perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan akan mendorong perusahaan tersebut berkembang lebih cepat. 

Survei nilai bisnis yang diluncurkan IBM melaporkan bahwa hampir 40% perusahaan di Indonesia dan seluruh dunia telah memutuskan untuk menggunakan kecerdasan buatan. 

Sektor-sektor yang tertarik menggunakan solusi AI IBM meliputi perbankan, asuransi, dan jasa keuangan, kata Roy. 

“Sekarang dari sektor manufaktur dan jasa. Mereka semua sudah menunjukkan minat. Namun, secara global terdapat penggunaan AI yang produktif tidak hanya di ketiga sektor tersebut, tetapi juga di bidang perdagangan, transportasi, dan logistik,” kata Roy. 

Sebelumnya, mitra teknis IBM Indonesia Big Data dan AI Muhammad Fakrizal Sinaga mengatakan kecerdasan buatan bukanlah teknologi saat ini. Teknologi ini telah dikembangkan sejak tahun 1956 dan masih kuat hingga saat ini. 

Dalam 7 tahun terakhir, penerapan AI di perusahaan telah meningkat 7 kali lipat, dan dukungan mereka terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja meningkat 7 kali lipat. 

Ia mengatakan penggunaan AI untuk bisnis memiliki manfaat yang berbeda dengan yang digunakan oleh pelanggan bisnis. Ada lima hal yang perlu dipersiapkan perusahaan untuk menggunakan AI. 

Pertama, tidak ada satu orang pun yang bisa menjawab semua pertanyaan tentang pemasaran bisnis karena kebutuhannya berbeda-beda. Itu sebabnya ada ratusan ribu model AI, karena penggunaannya bervariasi bahkan di berbagai sektor vertikal. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

Oleh karena itu, perusahaan memerlukan solusi yang mendukung lebih dari satu model. 

Kedua, merupakan hybrid cloud atau cloud berbasis AI. Arah masa depan AI adalah penggunaan komputasi AI. Namun, banyak perusahaan menginginkan AI berbasis objek atau AI yang digerakkan oleh komputer lokal di web. 

Ketiga, dengarkan sumbernya. Perusahaan membutuhkan solusi yang menunjukkan dengan jelas dari mana data tersebut berasal.

“Untuk netralitas data, harus ada AI yang bisa mendukung tiga hal, yaitu dari sisi manajemen kesehatan atau di mana AI dibangun, peraturan pemerintah, termasuk pembangkitan data. Pada Kamis (20/6/2024), Fakrizal mengatakan : “Apakah informasinya berhak cipta?”

Keempat, menurut skala nilai. Basis data harus dievaluasi. Jika informasi dasar terbatas, maka hasil yang diberikan AI tidak akan jelas, profesional, dan tidak terverifikasi. 

Terakhir, buat data yang sama. Harus ada situs web yang dapat menangani semua jenis informasi yang berbeda ini.

“Meningkatkan produktivitas tenaga kerja berarti meningkatkan efektivitas dan efisiensi. “AI sedang menuju ke sini,” kata Fachrizal. 

Ia menambahkan, kondisi AI saat ini juga sedang dalam pengembangan. Hingga saat ini, IBM mencatat jumlah model AI telah mencapai 725.000, menurut The Hugging Face. Padahal, pada awal Mei, jumlah model AI masih berkisar 670.000.

“Hanya dalam beberapa minggu, model Ai sudah meningkat drastis. Siapa yang bisa menggunakannya di industri?” kata Fachrizal.

Simak berita dan artikel lainnya di website Google dan channel WA