Bisnis.com, MANGUPURA – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI melaporkan realisasi nilai perjanjian bisnis antara Indonesia dan Afrika pada hari ketiga perhelatan Indonesia Africa-Forum (IAF) mencapai USD 2,95 miliar atau setara dengan menjadi Rp 45,83 triliun (asumsi kurs Rp 15.538 per dolar AS). 

Artinya, angka tersebut berjumlah $50 juta atau sekitar Rp776,8 miliar dari hari sebelumnya atau hari ke-2 yaitu $2,9 miliar.

Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Pahala Mansury optimis bahwa nilai kesepakatan bisnis dengan negara-negara Afrika dapat mencapai $3,5 miliar pada akhir September 2024, dengan beberapa opsi tambahan yang sedang dijajaki.

“Kami optimis dapat mencapai tujuan tercapainya perjanjian sektor usaha atau perjanjian B2B dengan negara-negara di Afrika sebesar US$3,5 miliar atau Rp. bisa mencapai 55 triliun rupiah,” ujarnya di sela-sela agenda Indonesia-Africa Forum di Nusa. Dua, Bali, Selasa (9-3-2024).

Menurutnya, pencapaian tersebut antara lain berkat kesepakatan lain yang dicapai 1-3 minggu terakhir sebelum forum IAF.

Ia mengatakan, Indonesia telah menandatangani perjanjian pengembangan fasilitas pupuk, termasuk optimalisasi penggunaan fasilitas gas untuk pembuatan pupuk dan amonia.

Selain itu, juga terdapat kesepakatan untuk mengoptimalkan kegiatan hulu di sektor migas, khususnya di Blok Buzi, Mozambik, Afrika. 

“Kami juga menandatangani ini. “Sampai saat ini, jumlahnya telah mencapai $2,95 miliar dan kami berharap akan mencapai angka $3,5 miliar atau lebih sebelum akhir September. 55 triliun Rp. 56 triliun,” kata Pahala. 

Sebagai informasi, Pahala mengatakan nilai perjanjian bisnis saat ini mencakup kolaborasi di berbagai sektor seperti kesehatan, energi, pangan, industri pertahanan, dan pembangunan infrastruktur. 

Rinciannya, nilai investasi sektor kesehatan khususnya vaksin dan obat-obatan sebesar $94,2 juta, dan sektor energi yang mencakup eksplorasi gas dan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan sebesar $1,4 miliar.  

“Di bidang pangan, khususnya produksi pupuk, kami mendapat perjanjian bisnis sebesar $1,2 miliar dan di bidang industri strategis, termasuk pertahanan dan pembangunan infrastruktur, kami mendapat perjanjian bisnis sebesar $235 juta,” ujarnya. . 

Pahala menegaskan kesepakatan bisnis ini masih memiliki potensi. Meski demikian, pemerintah akan terus mendorong berbagai perspektif bisnis yang belum disepakati, namun sudah ‘matang’ untuk dikejar di masa depan.  

“Kami berharap segala hal yang telah dicapai selama IAF kedua ini dapat ditindaklanjuti dan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia dan Afrika, sehingga benar-benar menjadi bentuk kerja sama yang saling menguntungkan, sejalan dengan semangat Bandung”, jelasnya. . . 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel