Bisnis.com, JAKARTA – Industri pengolahan rumput laut terus terpuruk akibat menurunnya produksi bahan baku hingga operasional pabrik yang kembali terhenti.

Bahkan, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah merencanakan program rumput laut dari dasar laut, seperti PSN. Pasalnya, komoditas ini memiliki nilai pasar sebesar $11,8 miliar.

Direktur Jenderal AgroIndustri Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan bahan baku dalam negeri tersedia luas, meski harga jual sulit diprediksi karena perubahan musim dan peraturan yang perlu diperbaiki.

“Pekerjaan rumah kita [pekerjaan rumah] masih sangat sulit dan bagaimana memastikan bahan baku industri, harga bahan-bahan tersebut selalu berubah seiring musim,” kata Putu di Kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (25 /6/ ). 2024).

Selain itu, saat ini rumput laut kering sebagian besar diekspor dengan pangsa 66,61% hingga 33,39%.

Khususnya produksi rumput laut basah pada tahun 2023 mencapai 10,7 juta ton. 77% digunakan untuk makanan dan minuman, dan 23% untuk obat-obatan, kosmetik dan lain-lain.

“Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan produk dan praktik baru untuk mendorong penurunan jumlah alga pada tanaman potensial ini,” katanya.

Wakil Ketua Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (Astruli) Pontas Tambunan menjelaskan, perbedaan harga rumput laut ini disebabkan oleh permintaan ekspor ke China yang merupakan konsumen rumput laut terbesar di dunia.

Saat ini harga pasta mentah turun hingga Rp 6.000 per kg karena berkurangnya permintaan luar negeri. Hal ini membuat proses pengajuan dalam negeri kurang lancar.

“Sekarang kita terpaksa menaikkan bottom line agar harga tidak berubah, karena permintaan saat ini sedang turun,” jelasnya.

Di sisi lain, dia juga menjelaskan beberapa pabrik rumput laut tutup karena adanya permintaan dari Pemerintah Daerah (Pemda) untuk melakukan restrukturisasi industri.

Pontas menjelaskan, dari 55 pabrik yang bergerak di bidang industri alga, sebanyak 10 pabrik akan ditutup hingga tahun 2023. Namun, ia memastikan saat ini terdapat 45 pabrik yang beroperasi dengan baik.

“Saya kira kalau kita berhenti, kita punya PR yang sudah sangat lama dari tahun 2016, ada yang berhenti, ada yang dibantu Kemenperin untuk menghidupkannya kembali,” ujarnya. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel