Bisnis.com, JAKARTA – Pertambangan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dapat memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk operator, pemerintah, bahkan alam. Integrasi pertambangan merupakan salah satu solusi hijau Indonesia, termasuk produksi tailing yang lebih ramah lingkungan.

Keputusan Indonesia untuk melarang ekspor bijih mineral berdampak positif pada derasnya arus investasi. Pada tahun 2012, Indonesia memiliki 3 smelter. Hingga akhir tahun 2023, jumlah tersebut meningkat menjadi 54 unit yang sebagian besar telah beroperasi selama 3 tahun terakhir. 16 smelter tambahan diharapkan selesai pada tahun 2024 dengan total investasi US$11,6 miliar.

Senior Global Advisor DSS+ Sunil Dugal meyakini keputusan Indonesia yang melarang ekspor bijih mineral tertentu merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan. Melarangnya sebagai pintu masuk utama bagi Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk pertambangan secara signifikan.

Ia belajar dari pengalamannya bahwa ketika bijih mineral ditambang dan dimurnikan di negara lain yang jauh, biayanya jauh lebih tinggi dibandingkan jika ditambang di wilayah yang sama.

Ketua Strategi dan Kebijakan Vedanta India dan Penasihat Global Senior dss+ Sunil Duggal./Istimewa

Kemudian, ketika perusahaan pertambangan mampu memetakan secara detail mineral apa saja yang dimilikinya dan dapat mengkhususkan smelter atau tungku peleburannya, maka efisiensi dapat maksimal.

Idealnya, perusahaan pertambangan dan peleburan terintegrasi sehingga efisiensi dapat dimaksimalkan dan tailing yang dihasilkan dapat diminimalkan. Setidaknya, peningkatan kolaborasi antara kedua kegiatan ini harus dilaksanakan untuk memaksimalkan rantai pasokan.

Ia yakin Indonesia akan semakin matang dalam pengelolaan hilirnya. Ke depan, operasional semakin efisien, mitigasi risiko diterapkan, faktor lingkungan hidup, keberlanjutan dan tata kelola (Environment, Sustainability, Governance/ESG) diterapkan dengan baik, Indonesia berpeluang menjadi megahub mineral dunia.

Ini akan membuka lebih banyak lapangan kerja, menghasilkan devisa, pertumbuhan ekonomi dan risiko, peluang besar, banyak tenaga kerja, menciptakan banyak nilai, menghasilkan produk hilir dan menjadi mega hub Indonesia.

“Tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi pabrik dunia, pandangan negara lain terhadap Indonesia juga akan meningkat. Oleh karena itu, Indonesia harus memainkan peran yang lebih besar dan penting di masa depan. Status, pengakuan, dan rasa hormat di dunia akan tumbuh seiring berjalannya waktu ketika hilirisasi ini dilakukan dengan pendekatan yang “matang dan terkelola dengan baik”, ujarnya dalam wawancara terpisah dengan Bisnis.

Sunil yang juga merupakan Direktur Vedanta Ltd, perusahaan pertambangan multinasional asal India, menjelaskan, untuk mewujudkan mimpi tersebut, setidaknya ada beberapa faktor kunci yang perlu dipenuhi oleh Indonesia.

Indonesia perlu membangun kemampuan (keterampilan) para pekerjanya. Pengalamannya, ketika ada produk teknologi baru, faktor kuncinya adalah pekerja. Oleh karena itu, cara menghasilkan teknisi atau insinyur harus menjadi masalah.

Peningkatan kapasitas sangat penting, baik di kampus maupun di lembaga profesional. Semua orang di industri perlu melihat hal ini agar SDM dapat beradaptasi dengan teknologi. “Ini semua tentang manusia. Teknologi bisa ditiru, tapi ini semua tentang manusia,” tambahnya.

Kemudian penelitian dan pengembangan juga menjadi tekanan penting. Indonesia perlu melihat bagaimana teknologi meningkatkan produktivitas di negara-negara seperti AS, Tiongkok, Taiwan. Negara-negara ini bermunculan dengan produk-produk baru yang lebih produktif dan efisien.

Tiongkok, lanjutnya, sudah mulai mengembangkan operasi penambangan yang mengangkut banyak mineral sekaligus. Misalnya, ketika nikel ditambang, ada 10 mineral lain dengan persentase kecil yang juga bisa diekstraksi. Dengan cara ini lumpur akan lebih bersih.

Selain itu, ekosistem produksi produk hilir harus dibangun. Sementara itu, yang paling penting adalah memperkuat praktik-praktik ESG, pertambangan berkelanjutan, dan pertambangan yang bertanggung jawab. Dengan cara ini akan menarik investasi langsung, pemain global akan melihat bahwa negara ini telah maju jauh menuju logam ramah lingkungan atau pertambangan yang bertanggung jawab.

Kebijakan pemerintah juga harus dilaksanakan. Harus ada kolaborasi antara industri dan pemerintah, apa yang dibutuhkan, proses konsultasi, mencari tujuan bersama dan apa yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi industri, regulasi yang lebih baik.

Terakhir, infrastruktur perlu ditingkatkan. Dengan demikian, seluruh aktivitas penambangan secara end to end dapat terfasilitasi dengan baik.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel