Bisnis.com, JAKARTA – Bos LVMH Group Bernard Arnault menolak sehingga menaikkannya dari orang terkaya di dunia ke peringkat 5 setelah kerugian $54 miliar.

Arnault adalah pendiri dan CEO raja barang mewah Prancis LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton. Pada akhir Maret, kekayaannya diperkirakan mencapai $231 miliar, menempatkannya di depan CEO Tesla Elon Musk dan pendiri Amazon Jeff Bezos di puncak Indeks Miliarder Bloomberg.

Kekayaan sang maestro fesyen turun dari $54 miliar menjadi $177 miliar pada penutupan bisnis pada hari Rabu. Total kekayaannya menempatkannya di posisi keempat, hanya $1 miliar di depan pendiri Oracle Larry Ellison.

Kekayaan bersih Arnault telah turun sebesar $30 miliar tahun ini, menjadikannya pecundang terbesar di antara Bloomberg 500. 

Selain itu, dia adalah satu-satunya orang di antara 18 orang terkaya yang akan mengalami kerugian setahun penuh pada tahun 2024, sementara orang lain akan menghasilkan setidaknya $14 miliar hingga $63 miliar.

Demikian pula peringkat kekayaan Forbes menceritakan kisah serupa. Arnault turun dari posisi pertama, dengan kekayaan bersih $233 miliar pada 8 Maret, ke posisi kelima, dengan kekayaan bersih $175 miliar, di belakang Musk, Bezos, Ellison, dan CEO Meta Mark Zuckerberg.

Penurunan kekayaan “The Wolf in Cashmere” membuat harga saham LVMH turun 16%, menandai level terendah dalam dua tahun. Arnault sendiri memiliki sekitar 48 persen saham grup mewah tersebut, dengan 75 merek termasuk Tiffany & Co, Louis Vuitton, Dom Perignon, dan Sephora.

Harga saham LVMH anjlok pasca perusahaannya bermasalah. Perusahaan mengalami kesulitan di paruh pertama dengan hanya peningkatan pendapatan dasar sebesar 2% dan penurunan pendapatan operasional berulang sebesar 8%. 

Sementara itu, laba pokok turun 26% pada bisnis anggur dan minuman beralkohol, 19% pada divisi jam tangan dan perhiasan, serta 6% pada divisi utama fesyen dan barang-barang kulit.

Arnault juga memperingatkan adanya “ketidakpastian ekonomi dan geopolitik” dalam rilis pendapatannya. 

Sementara itu, Bloomberg melaporkan bulan lalu bahwa Sephora telah memangkas 4.000 orang tenaga kerjanya sebesar 10% di Tiongkok untuk mengatasi tantangan pasar lokal.

Industri barang mewah telah berkembang pesat sejak pandemi ini seiring dengan dibukanya kembali sektor perjalanan dan kebutuhan akan belanja petualang yang semakin meningkat. Namun, sektor ini mengalami kesulitan akhir-akhir ini karena inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi, dan ketakutan akan resesi mengurangi permintaan di kalangan konsumen kaya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel