Bisnis.com, JAKARTA – Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN), PB IDI mengajak seluruh dokter, tenaga kesehatan, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dalam upaya bersama menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang masih menjadi tantangan besar bagi masyarakat. bangsa.
Ketua Dewan Ikatan Dokter Indonesia Dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, menjelaskan permasalahan kesehatan di Indonesia sangat kompleks dan beragam, mulai dari penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung, hingga penyakit menular seperti TBC dan demam berdarah, serta penyakit menular lainnya.
Selain itu, masih adanya ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan antara kota dan desa, serta kurangnya sumber daya tenaga kesehatan di daerah yang membutuhkan.
Di antara seluruh permasalahan kesehatan tersebut, Dr. Adib merumuskan tiga permasalahan pokok, yaitu: sistem pelayanan, sistem pendidikan, dan sistem pembiayaan.
Adib mengatakan, dari sisi sistem kesehatan, meskipun pemerintah telah memberikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS yang sangat membantu masyarakat Indonesia dalam mengakses layanan, namun tidak semua wilayah terjangkau oleh layanan tersebut. Permasalahan infrastruktur dan akses terhadap fasilitas kesehatan masih menjadi permasalahan sehingga banyak masyarakat tidak dapat mengakses layanan kesehatan.
Dari sisi pendidikan terkait dengan kesehatan, sumber daya manusia (SDM). Jika kita ingin menyelesaikan masalah pelayanan, kita harus mendorong dukungan pada salah satu aspek bagaimana ketersediaan sumber daya manusia juga didukung oleh ketersediaan fasilitas. Terkait ketersediaan sumber daya manusia, pemerintah daerah harus meningkatkan kemampuan pengelolaan tenaga kesehatan yang telah tertuang dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014.
“Setiap daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, dan atas dasar itu dapat dilakukan penilaian dan rasio mengenai kebutuhan jumlah tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk. Hal ini nantinya akan menimbulkan konsekuensi terhadap permasalahan sistem pendidikan,” kata Dr. Adib.
Sementara terkait sistem pembiayaan, Dr Adib menjelaskan, apa yang diberikan pemerintah saat ini seperti JKN, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan sudah cukup baik. Namun demikian, menjaga kualitas layanan tetap digalakkan, dengan tetap memperhitungkan biaya berdasarkan nilai layanan dan kebutuhan. Bagaimana memberikan pasien standar pelayanan kesehatan yang optimal. Adib juga mengingatkan, sistem pembiayaan lain yang perlu diperhatikan adalah pengakuan tenaga kesehatan. Dalam hal ini, PB IDI telah menyusun pedoman remunerasi dokter pada tahun 2024 berdasarkan pekerjaan profesionalnya.
Selain itu, permasalahan insentif bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk bekerja di daerah, terutama daerah terpencil yang masih kekurangan dokter. “Kami berharap dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah dapat menjamin keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan para dokter yang bekerja di daerah terpencil. “Apresiasi daerah masih belum merata, padahal biaya kebutuhan perekonomian di tiap daerah berbeda-beda,” tegas Dr. Adib.
Adib juga menegaskan, tidak adanya jaminan keselamatan dan kesejahteraan pemerintah daerah terhadap dokter dapat menyebabkan ketimpangan distribusi dokter di wilayah yang membutuhkan.
“Untuk menghadapi permasalahan kesehatan yang semakin kompleks ini, diperlukan kerja sama yang erat antara berbagai pihak, baik pemerintah, profesional kesehatan, masyarakat, dan swasta. Saya juga mengajak seluruh anggota IDI dan masyarakat luas untuk terus bekerja sama. dalam upaya meningkatkan kesehatan bangsa. “Dengan semangat gotong royong, kami yakin akan mampu mengatasi berbagai tantangan kesehatan dan mewujudkan Indonesia yang lebih sehat,” ujar Dr. Adib.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel