Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham bank jumbo atau kelompok bank modal inti (KBMI) IV seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) berjalan baik pada perdagangan pekan ini yakni pada 24 Juni hingga 28 Juni 2024.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBRI menguat 3,14% ke Rp 4.600 pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat (28/06/2024). Dalam sepekan, harga saham BBRI menguat 3,6%.

Harga saham BMRI pun naik 2,5% menjadi Rp 6.150 pada akhir perdagangan pekan ini. Harga saham BMRI menguat 0,41% dalam sepekan. 

Kemudian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menaikkan harga sahamnya sebesar 1,75% menjadi Rp 4.660 pada akhir perdagangan pekan ini. Harga saham BBNI pun naik 2,64% dalam sepekan. 

Selain itu, harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menguat 1,79% ke Rp9.925. Harga saham BBCA naik 3,39% selama sepekan. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, harga saham bank jumbo pada pekan ini diperdagangkan dengan baik setelah sempat anjlok pada pekan-pekan sebelumnya. 

Menurut dia, kinerja saham-saham bank jumbo dipengaruhi oleh sentimen seputar ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.

“Sudah di jalur yang benar, ada unwinding dan ada momentum positif untuk shared banking,” kata Nafan kepada Bisnis, Jumat (28/06/2024).

Dengan adanya pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed, maka Bank Indonesia (BI) juga akan mengikuti pelonggaran kebijakan moneternya. “BI mampu melakukan pelonggaran kebijakan dua kali lipat dibandingkan The Fed dan mampu menopang likuiditas perbankan. Secara musiman, pinjaman juga tumbuh dua digit terutama pada semester II,” ujarnya. Perluasan restrukturisasi kredit

Selain kebijakan suku bunga, harga saham bank jumbo juga terseret pembahasan perpanjangan restrukturisasi pinjaman Covid-19. “Ada pembicaraan mengenai perpanjangan restrukturisasi pinjaman Covid-19, yang juga akan menjadi stimulus positif lainnya. Manfaatnya adalah penurunan peningkatan NPL [non-performing loan],” kata Nafan. 

Seperti diketahui, pada awal pekan ini pemerintah mengusulkan kebijakan restrukturisasi pinjaman Covid-19 yang sebelumnya ditangguhkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret 2024, diperpanjang hingga 2025.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perpanjangan kebijakan restrukturisasi kredit ini merupakan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan diusulkan OJK melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Sebelumnya ada arahan dari presiden bahwa restrukturisasi pinjaman akibat Covid-19 yang harus dilunasi pada Maret 2024 diusulkan oleh OJK, kemudian ditunda hingga tahun 2025 melalui KSSK dan Gubernur BI, ujarnya. pertemuan. Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (24 Juni 2024).

Airlangga menjelaskan, tujuan pemberian stimulus adalah untuk mengurangi beban perbankan dalam menutup kerugian akibat meningkatnya kredit bermasalah. 

Bisnis mencatat sisa pinjaman yang direstrukturisasi pada 31 Maret 2024 sebesar Rp 228,03 triliun, turun dibandingkan akhir tahun 2023 sebesar Rp 265,78 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel