Bisnis.com, JAKARTA – Harga referensi produk minyak sawit mentah (CPO) pada Juli ini meningkat dibandingkan bulan lalu. Analis melihat ada sejumlah emiten yang patut dicermati kenaikan harga referensi GPG. 

Head of Customer Education and Literacy Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, pihaknya melihat tren kenaikan harga GPG saat ini disebabkan meningkatnya permintaan global dan La Nina, khususnya dari India dan China. 

“Secara historis, trennya harga GPG cenderung meningkat pada kuartal keempat, hal ini juga didorong oleh peningkatan permintaan,” kata Audi, Rabu (3/7/2024). 

Selain itu, lanjutnya, Kiwoom Sekuritas menilai kebutuhan konsumsi biodiesel juga akan menjaga kestabilan harga acuan Wajib Beli.

Dia mengatakan, target produksi bahan bakar nabati (BBN) kelapa sawit atau biodiesel pada tahun 2024 bisa meningkat menjadi 15,8 juta kilo liter (KL) jika mengacu pada Kementerian ESDM.

Audi juga menjelaskan sentimen terhadap CPG berasal dari tren penggunaan CPG dalam negeri. Ia mencatat pada April 2024, untuk pangan alami akan terjadi peningkatan sebesar 4,28% MoM menjadi 862.000 ton dari 827.000 ton pada Maret. 

Sementara itu, konsumsi biodiesel pada bulan April tercatat mengalami penurunan sebesar 4,67% MoM menjadi 824.000 ton dari 884.000 ton pada bulan Maret 2024.

Namun pihaknya memberikan rekomendasi netral bagi penerbit di sektor CPG. Pilihan teratas Kiwoom Sekuritas di sektor ini adalah saham SIMP dengan rekomendasi hold pada target harga (TP) Rp 424, dan saham LSIP dengan rekomendasi hold dengan TP Rp 922.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan yang dikutip Senin (1/7/2024), harga referensi produk GPG bulan ini dipatok US$ 800,75/ton. Nilai tersebut lebih tinggi 2,82% atau US$21,93/ton dibandingkan periode Juni 2024 yang tercatat US$778,82/ton. 

Keputusan harga acuan tersebut memperhitungkan rata-rata harga minyak sawit mentah di tiga bursa utama GPG, yakni Indonesia, Malaysia, dan pasar lelang GPG di Rotterdam. 

Penerbit CPG PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) sedang mempersiapkan strategi seiring dengan kenaikan harga referensi GPG pada Juli 2024. Sampoerna Agro juga memperkirakan harga GPG akan tetap stabil hingga akhir tahun 2024.

Investor Relations Sampoerna Agriculture Stefanus Darmagiri menjelaskan kenaikan harga CPG yang terjadi pada bulan sebelumnya, Juni 2024, menyebabkan kenaikan harga referensi CPG pada Juli tahun ini. 

“Dengan ekspektasi harga CPG yang masih kuat akan berdampak positif terhadap kinerja Sampoerna Agro,” kata Stefanus saat dihubungi, Rabu (3/7/2024). 

Lanjut Stefanus, Sampoerna Agro berharap produksi GPG SGRO pada semester II/2024 lebih baik dibandingkan semester I/2024. Sebab, produksi TBS akan mencapai puncak panen pada semester II/2024.

Namun, lanjutnya, Sampoerna Agro menghadapi beberapa tantangan hingga semester I 2024. Menurut dia, kondisi perekonomian dunia yang berfluktuasi dan tidak menentu mempengaruhi permintaan minyak nabati global. Hal ini mempengaruhi harga komoditas, termasuk harga CPG. 

Selain itu, dampak El-Nino atau musim kemarau yang terjadi pada semester II tahun 2023 berdampak pada produksi GPG dan SGRO nasional khususnya wilayah Sumatera pada semester I tahun 2024. 

“Hal yang kami lakukan untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan terus fokus pada peningkatan produktivitas perusahaan melalui intensifikasi aktivitas yang telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya,” kata Stefanus. 

Cek berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel