Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun pada awal perdagangan menyusul data ketenagakerjaan dan aktivitas bisnis yang lebih lemah dari perkiraan di Amerika Serikat. Hal ini merupakan tanda bahwa perekonomian negara konsumen minyak terbesar di dunia ini sedang melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg (04/07/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 turun 0,49% atau 0,41 poin menjadi USD83,47 per barel pada pukul 10.01 WIB. 

Sedangkan kontrak minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman September 2024 turun 0,41% atau 0,36 poin menjadi $86,98 per barel.

Berdasarkan data Rabu (7/3/2024), diketahui pengajuan awal tunjangan pengangguran AS meningkat pada pekan lalu. Jumlah pengangguran naik ke level tertinggi dalam 2,5 tahun menjelang akhir Juni 2024. 

Secara terpisah, laporan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan daftar gaji swasta menambah 150.000 pekerjaan pada Juni 2024, di bawah perkiraan konsensus sebesar 160.000, dan meningkat sebesar 157.000 pada Mei 2024. 

Indeks non-manufaktur ISM, yang merupakan indikator aktivitas di sektor jasa AS, turun ke level terendah dalam empat tahun di 48,8 pada Juni 2024, di bawah perkiraan sebesar 52,5. Hal ini mencerminkan penurunan permintaan yang signifikan.

Namun, menurut para analis, data ekonomi yang lemah dapat memperkuat klaim bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga. Langkah seperti itu dapat melindungi pasar minyak karena suku bunga rendah dapat meningkatkan permintaan. 

Sementara itu, harga minyak mentah tetap kuat tahun ini karena OPEC+ membatasi pasokan. Minyak berjangka juga membebani sentimen risiko di pasar modal.

Risiko geopolitik juga meningkatkan harga karena investor memantau pemilu di Perancis, Inggris dan Iran. Meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah di Timur Tengah mengancam akan berubah menjadi konflik yang lebih luas.

Ada juga kekhawatiran mengenai kemungkinan munculnya musim badai aktif baru-baru ini, yang mendorong kenaikan harga ketika Badai Beryl bergerak dari Karibia menuju Jamaika.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel