Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Pertanian Kementan meminta pemerintah daerah (Pemda) mendirikan sentra produksi lada baru sebagai strategi stabilisasi pasokan dan harga.

Inti Pertiwi Nashwari, Direktur Departemen Sayuran Kementerian Pertanian, mengakui produksi lada akan berkurang (kekurangan) pada Juli dan Agustus 2024. Pada Juli 2024, produksi lada diperkirakan hanya 125.036 unit. ton, diikuti oleh 104.031 ton pada bulan Agustus.

Dia menjelaskan, salah satu penyebab berkurangnya produksi pada bulan-bulan tersebut adalah kekeringan yang melanda daerah penghasil lada seperti Pemda Ramongan, Tuban, dan Kediri.

“Sekarang bukan hanya kekeringan saja, tapi juga serangan hama dan penyakit yang menyebabkan produksi pertanian menurun, dan tentunya hasil panen pun berkurang,” kata Pertiwi dalam rapat penyesuaian harga, Senin (22/7/2024).

Menurut dia, berkurangnya pasokan pangan di wilayah tengah menyebabkan harga cabai di banyak tempat melonjak. Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kenaikan harga lada terjadi di 187 kabupaten/kota pada minggu ketiga Juli 2024, dan di 165 kabupaten/kota pada minggu kedua Juli 2024.

Harga cabai rawit merah minggu III tahun 2024 mengalami kenaikan sebesar 5,46% dibandingkan rata-rata harga bulan Juni 2024. Komisi Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengutip sumber yang menyebutkan rata-rata harga cabai rawit merah adalah mawar merah. Hari ini naik 1,58% menjadi Rp63.100 per kilogram.

Oleh karena itu, demi menjaga stabilitas produksi lada dalam jangka panjang, Pertiwi menekankan pentingnya menanam cabai di berbagai daerah. Menurutnya, menanam cabai lebih mudah dibandingkan bawang bombay cincang karena benihnya sebenarnya berbeda varietas.

Di sisi lain, ia mengatakan bahwa permasalahan pasar ketika harga lada naik adalah permasalahan yang bersifat jangka pendek, sehingga hal tersebut tidak bersifat permanen.

“Jika aktivitas pasar dan distribusi ke daerah-daerah yang kurang terlayani tidak berkelanjutan, hal ini akan kembali menjadi truk pemadam kebakaran,” kata Petivy.

Ia memastikan permasalahan pasokan dan harga cabai dapat diatasi dengan pentingnya upaya penanaman yang dilakukan oleh presiden daerah. Pertiwi mengatakan budidaya cabai tidak memerlukan investasi besar karena pemerintah daerah dapat mendorong budidaya cabai di berbagai rumah tangga.

Data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) hingga 22 Juli 2024, total sudah ada 289 daerah/kota yang melakukan kegiatan tanam lada dan kegiatan pasar untuk mengendalikan harga lada, yakni sebanyak 423 daerah. .

“Kita bicara solusi permanen, atau solusi jangka panjang. Kalau provinsi, kabupaten/kota punya pertanian sendiri, tidak bergantung pada sarana produksi,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel