Bisnis.com, Jakarta – Harga emas pekan lalu anjlok setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Sementara minyak mentah ditutup pada level terendah dalam tiga bulan terakhir.

Harga emas spot ditutup pada US$2.334,23 per troy ounce pada perdagangan Jumat (24/5/2024), berdasarkan data Bloomberg. Meski demikian, harga emas melemah 3,33 persen setelah mencapai rekor tertingginya di angka 2.449,89 dolar AS.

Sedangkan emas berjangka Comex Agustus 2024 turun 0,12% menjadi menetap di US$2.356,9 per troy ounce. Emas Comex melemah 3,42 persen selama sepekan perdagangan.

Harga emas mencatat minggu terburuknya dalam lebih dari lima bulan setelah The Fed memangkas suku bunga, menurut Reuters. Harga emas telah jatuh dari level tertingginya di bawah dolar AS.

Michael Widmer, kepala penelitian logam di Bank of America, mengatakan minat investor Barat terhadap emas kemungkinan akan berkurang di tengah ketidakpastian kapan The Fed akan menurunkan suku bunganya.

“Segera setelah The Fed memangkas suku bunga, mereka akan kembali meningkatkan eksposurnya,” kata Widmer seperti dikutip Reuters, Sabtu (25/5/2024).

Risalah pertemuan FOMC The Fed yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa jalur bank sentral menuju inflasi 2% mungkin lebih lama dari perkiraan.

Ekspektasi pelaku pasar menunjukkan meningkatnya skeptisisme bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga lebih dari satu kali pada tahun 2024. Alat fedWatch CME saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 63% pada bulan November.

Meski begitu, suku bunga yang tinggi membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi investasi yang kurang menarik bagi investor.

Meskipun terdapat ketidakpastian mengenai prospek suku bunga, harga emas telah meningkat sebesar 13 persen tahun ini, sebagian besar didukung oleh permintaan Tiongkok dan ketidakpastian geopolitik yang sedang berlangsung.

Harga minyak

Harga minyak mentah melemah pada minggu ini, bersamaan dengan harga emas, di tengah kekhawatiran bahwa data ekonomi AS yang kuat akan mempertahankan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama dan membatasi permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 0,93% atau 0,76 poin menjadi US$82,12 per barel. Kontrak Agustus yang lebih aktif ditutup lebih tinggi pada US$81,84. Brent ditutup turun 2,1% untuk minggu ini.

Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak berjangka Juli 2024 ditutup naik 1,11% atau 0,85 poin pada US$77,72 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI melemah 2,34%.

Permintaan bensin musim panas di AS diperkirakan akan meningkat pada akhir pekan ini, menurut BOK Financial, dan beberapa investor bertanya-tanya apakah permintaan tersebut sudah jenuh jual.

Sementara itu, analis energi independen Tim Evans mengatakan kekhawatiran terhadap kebijakan suku bunga The Fed dan peningkatan persediaan minyak mentah AS pada minggu lalu membebani sentimen pasar.

Pada pertemuan FOMC terakhir, Ketua Fed Jerome Powell dan pejabat lainnya mengatakan mereka merasa kenaikan suku bunga tambahan tidak mungkin terjadi. Namun, mereka memerlukan lebih banyak bukti data sebelum mulai menurunkan suku bunga.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman yang dapat mengurangi aktivitas ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Sentimen konsumen juga turun ke level terendah dalam lima bulan di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap suku bunga. Secara nominal, depresi di kalangan rumah tangga berarti belanja konsumen melambat, meskipun hubungan antara keduanya lemah.

Di sisi lain, analis Morgan Stanley mengatakan permintaan minyak tetap kuat dari perspektif yang lebih luas. Mereka memperkirakan total konsumsi minyak akan meningkat sekitar 1,5 juta barel per hari pada tahun ini.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel