Bisnis.com, JAKARTA – Harga produk logam tidak mengalami perubahan pada penutupan perdagangan, Senin (21/5/2024). Tembaga turun sedikit dari level tertinggi sepanjang masa.
Tembaga berjangka di London Metal Exchange melemah 0,28% menjadi $10.859, setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di $11.000 per ton.
Menurut Bloomberg, reli harga tembaga menunjukkan tanda-tanda melambat setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Investor memperingatkan bahwa reli bisa terjadi di tengah lemahnya logam olahan.
Banyak pelaku pasar fisik memperingatkan bahwa harga lebih penting daripada sinyal kondisi pasar yang mendasarinya. Permintaan masih relatif lemah, terutama dari pembeli utama Tiongkok, dimana persediaan masih tinggi dan pemasok kawat dan batang tembaga telah mengurangi produksi.
Konflik ekonomi Tiongkok masih menjadi sorotan. Data terkini menunjukkan tanda-tanda perubahan dalam industri real estate. Sektor ini telah menjadi penghalang utama konsumsi di negara-negara yang paling banyak menggunakan logam ini.
Sementara kontrak berjangka nikel London Metal Exchange ditutup pada level $21.575 per ton pada Selasa (21/5/2024). Harga nikel di pasar spot mencapai USD 21.275 per ton.
Harga emas
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot naik 0,03% menjadi 2.421,77 pada pukul 06:46 WIB. Kemudian harga emas Comex kontrak Agustus 2024 melemah -0,02% menjadi US$2.448,70 per ounce pada pukul 06.26 WIB.
Menurut Reuters, harga emas turun mendekati rekor tertinggi sesi sebelumnya, Selasa (21/5) seiring stabilnya dolar, namun tetap berada di level $2,400 karena suku bunga safe-haven dan prospek Amerika Serikat ( AS) 2024. penurunan tarif.
“[Dengan emas mencapai puncaknya pada $2,449.89, Senin (20/5/2024)] gambaran umum tidak berubah (sejak Maret)… CEO Metal Focus Nikos Kavalis.
Kekhawatiran mengenai peningkatan pesat utang AS ditambah dengan upaya Federal Reserve untuk menerapkan soft landing telah membebani beberapa investor.
Data terbaru juga menunjukkan inflasi AS kembali mereda, namun beberapa pengambil kebijakan The Fed tetap waspada terhadap penurunan suku bunga terlalu cepat namun mengabaikan perlunya kenaikan suku bunga.
Pada saat yang sama mencoba menstabilkan sektor properti di Tiongkok, investor cenderung berinvestasi pada emas sebagai safe haven.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel