Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terlihat berfluktuasi seiring investor menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS) dan rapat kebijakan suku bunga The Fed nanti. Batubara menguat dan CPO melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar lokal turun -0,04% menjadi US$ 2.309,94 pada perdagangan Selasa (11/6/2024) pukul 06.46 WIB.

Setelah itu, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 naik 0,01% menjadi US$2.327,20 per troy ounce, pada pukul 06.36 WIB.

Mengutip Reuters, harga emas kembali pulih pada Senin (10/6) setelah logam mulia tersebut mengalami penurunan harian terbesar dalam tiga setengah tahun di akhir sesi. Sebab, investor menunggu data inflasi AS dan keputusan suku bunga Federal Reserve (Fed) pada akhir pekan ini. 

Kepala strategi pasar di Blue Line Futures, Phillip Streible, mengatakan aksi jual pada hari Jumat tampaknya sudah berlebihan, dan para pemburu barang murah mulai keluar dari tawar-menawar tersebut. 

“Ada banyak detail dan banyak peristiwa yang keluar… jadi akan ada ketidakpastian dan kejutan pada minggu ini,” jelasnya. 

Pemulihan level emas juga terjadi meski dolar dan imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) meningkat dan fokus pasar beralih ke laporan inflasi (CPI) AS pada Rabu waktu setempat (12/6), sebelumnya. Pengumuman kebijakan Fed. keputusan. 

The Fed juga diperkirakan tidak akan melakukan perubahan apa pun terhadap kebijakan suku bunganya pada minggu ini. Fokusnya adalah pada perkiraan ekonomi terbaru dari para pengambil kebijakan, serta konferensi telepon Fed Jerome Powell setelah pertemuan tersebut.  

 

Harga batubara 

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak harga batu bara Juni 2024 di ICE Newcastle naik 0,30% menjadi US$131,85 per metrik ton pada akhir perdagangan Senin (10/6).  Kemudian, kontrak batubara Juli 2024 juga menguat 0,53% menjadi US$ 133,70 per metrik ton.

Mengutip ETEnergyworld, ahli meteorologi pemerintah India pada Senin (10/6) mengatakan gelombang panas yang melanda India merupakan gelombang panas terlama yang pernah melanda negara tersebut. 

Hal ini ditunjukkan ketika ia memperingatkan bahwa masyarakat akan menghadapi kenaikan suhu. Bagian utara India dilanda panas sejak pertengahan Mei 2024, dengan suhu meningkat hingga 45 derajat Celcius. 

“Ini adalah periode terlama sejak diamati selama 24 hari di berbagai wilayah di negara ini,” jelas Kepala Departemen Meteorologi India Mrutyunjay Mohapatra.

Saat ini, India sangat bergantung pada batu bara untuk menghasilkan listrik. Ketika masyarakat mencari hiburan di tengah panas terik, jaringan listrik mengalami penurunan karena kebutuhan puncak sebesar 8.302 megawatt.

Nilai CPO

Harga minyak sawit atau CPO berjangka pada akhir perdagangan Senin (11/6) kontrak Agustus 2024 melemah 58 poin menjadi 3.917 ringgit per ton di bursa derivatif Malaysia. Setelah itu, kontrak Juni 2024 ditutup menguat 31 poin di level 3.922 ringgit per ton. 

Berbicara kepada Bernama, pedagang tersebut mengatakan kontrak berjangka CPO ditutup melemah pada Senin (10/6) karena peningkatan persediaan dan berlanjutnya tekanan produksi terhadap harga. 

Pedagang minyak sawit David Ng mengatakan lemahnya harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) juga mempengaruhi harga komoditas. 

“Kami melihat support di R3.850 per ton dan resistance di R4.000 per ton,” jelasnya. 

Di sisi lain, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menyebutkan penjualan minyak sawit meningkat 11,66% menjadi 1,38 juta ton pada Mei 2024 dibandingkan 1,23 juta ton pada April 2024. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel