Bisnis.com, JAKARTA – Emas melemah awal pekan ini, Senin (7/10/2024) menyusul data laporan ketenagakerjaan di Amerika Serikat dan terkait konflik geopolitik di Timur Tengah. 

Emas turun 0,1% menjadi US$2,651.57 per ounce pada pukul 07:30 waktu Singapura, berdasarkan data Bloomberg. Level tersebut berada di bawah rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) emas sebesar US$2.685,58 per ounce pada September. 

Pada saat yang sama, Indeks Spot Dolar Bloomberg datar, perak dan paladium menguat, dan platinum melemah. 

Sepanjang tahun 2024, emas telah terakumulasi dan mengalami kenaikan harga hampir 30%. Dalam jangka pendek, prospek penurunan suku bunga akan mendorong harga emas. 

Logam mulia juga diperkuat dengan langkah bank sentral dunia yang meningkatkan penjualan dan meningkatkan permintaan terhadap proteksi atau aset aman. 

Sentimen lain yang membebani pergerakan emas datang dari prospek suku bunga setelah AS melaporkan data pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, yang membebani pasar adalah kemungkinan penurunan suku bunga Fed sebesar 50 basis poin pada bulan November. 

“Suku bunga rendah cenderung berdampak positif pada logam mulia,” tulis Bloomberg, mengutip Senin (7/10/2024). 

Selain itu, harga emas juga terdongkrak oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah Israel mengirimkan tentara bersenjata ke Jalur Gaza utara pada akhir pekan. Para pelaku pasar juga mencermati respons Iran terhadap serangan rudal tersebut. 

“Kedua perkembangan ini mendorong permintaan terhadap aset-aset safe-haven seperti emas.” 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel