Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas diperkirakan akan naik seiring bukti bahwa level tinggi tersebut akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Analis Dupoin Indonesia Andrew Fischer mengungkapkan harga emas cenderung terus naik dibandingkan harga sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar masih optimis terhadap prospek harga emas ke depan.

Dalam pidatonya, Rabu (24/7/2024), Fischer mengatakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi model ini adalah kegagalan harga dolar. Kurangnya kepercayaan terhadap mata uang AS dapat mendorong investor beralih ke aset-aset yang aman, seperti emas.

Dengan adanya tekanan terhadap dolar, permintaan emas diperkirakan akan meningkat sehingga dapat mendukung kenaikan harga logam mulia tersebut.

Secara khusus, emas (XAU/USD) menunjukkan sinyal positif yang menunjukkan bahwa harga emas terus menguat. Meski pasar emas saat ini sedang mengalami fluktuasi, namun harga emas masih berpotensi terus bergerak naik.

Berdasarkan informasi tersebut, harga emas tercatat mengalami kenaikan tipis pada Selasa (23/7), menghentikan pelemahan yang terjadi selama empat hari berturut-turut. Harga emas di pasaran naik 0,2% menjadi $2,402.39 per ounce pada 1415 GMT, sementara emas berjangka AS juga naik 0,4% menjadi $2,403.40.

Investor kini menantikan data perekonomian AS yang akan dirilis akhir pekan ini. Data ini seharusnya memperjelas perkiraan waktu penurunan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Bart Melaka,

Sebagian besar investor yang disurvei dalam survei Reuters memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali tahun ini. Penurunan suku bunga ini dapat mengurangi opportunity cost bagi investor yang memilih memiliki emas, karena emas tidak menghasilkan pendapatan. Menurut alat CME FedWatch, ada kemungkinan 96% bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada bulan September.

Minggu ini fokusnya adalah pada laporan produk domestik bruto (PDB) AS kuartal kedua, yang akan dirilis pada hari Kamis, serta Indeks Harga Laporan Pengeluaran Pribadi (PCE) terbaru, yang akan dirilis pada hari Jumat. Data PCE adalah ukuran inflasi The Fed. Selain itu, menurut Bart Melek, kepala komoditas di TD Securities, data PCE yang lebih lemah dari perkiraan akan bagus, karena hal ini akan memastikan bahwa pasar akan puas dengan bank sentral AS pada bulan September.

Selain itu, India baru-baru ini mengurangi bea masuk emas dan perak. Investor berharap langkah ini akan meningkatkan permintaan ritel dan membantu mengurangi penyelundupan di kalangan pembeli emas dunia kedua. Permintaan emas yang lebih tinggi dari India dapat meningkatkan harga emas global.

Secara keseluruhan, pandangan Fischer menunjukkan tren emas saat ini masih kuat sehingga mendorong investor mengambil posisi buy, terutama jika harganya turun Dalam hal ini, keputusan berinvestasi emas nampaknya menjanjikan, karena biaya pengembangannya menunjukkan tanda-tanda baik.

————-

Penafian: Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan barang. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel