Bisnis.com, Jakarta – Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Telisa Olia Valianti menilai pemerintah sangat membutuhkan tambahan pasokan listrik untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Menurutnya, sejak Indonesia bisa lepas dari pandemi Covid-19, berbagai sektor sudah kembali beroperasi normal, termasuk industri. Dampak positif kembali normalnya perekonomian adalah kebutuhan listrik sudah meningkat signifikan. 

Dikatakannya pada Sabtu (10/5/2024), “Semua pihak tentunya harus mengharapkan hal ini dapat menjamin pasokan listrik pada beberapa bulan mendatang, 2025 dan tahun-tahun mendatang, apalagi jika kita ingin tujuan mencapai pertumbuhan ekonomi. .” )

Telesa menjelaskan, situasi pasokan dan permintaan listrik tidak bersifat statis, melainkan dinamis, apalagi dengan pertumbuhan ekonomi digital dan tren kendaraan listrik sebagai penggerak utamanya. Apalagi konsumsi listrik kini semakin meningkat pasca pandemi Covid-19 dan target pertumbuhan ekonomi.  

“Perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat, ditambah dengan tren kendaraan listrik, akan menjadi faktor yang akan meningkatkan kebutuhan listrik secara signifikan, sehingga istilah oversupply tidak tepat,” ujarnya.

Ia menegaskan, masyarakat saat ini semakin meningkatkan konsumsi listrik seiring dengan pemulihan ekonomi. Telesa juga mengatakan, langkah konkrit pembangunan pembangkit listrik harus dilakukan seiring dengan meningkatnya permintaan.

Hal serupa juga diungkapkan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jesman P. Hotajulu. Ia mengatakan, kebutuhan listrik terus meningkat. Ia dengan tegas menyatakan bahwa situasi ketenagalistrikan saat ini tidak pantas disebut sebagai kelebihan pasokan.

Padahal dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% tentu pasokan listrik juga akan meningkat sehingga lebih banyak. RUPTL 2024 harus memenuhi kebutuhan ini.

“Pertumbuhannya sangat tinggi,” kata Geissmann. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahdalia sebelumnya mengungkapkan pemerintah akan meningkatkan konsumsi listrik per kapita menjadi 6.500 kilowatt per jam.

Pada acara pembukaan Indonesia International Geothermal Energy Conference and Exhibition (IIGCE) ke-10 2024 beberapa waktu lalu, Bahlil menjelaskan target yang dipatok adalah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% per tahun pada era Presiden terpilih Prabowo Subianto. 

Saat ini target konsumsi listrik per kapita hanya berkisar antara 4.000 kWh hingga 5.000 kWh. Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. 

Oleh karena itu, kemarin kami fokuskan konsumsi listrik per kapita sebesar 4.000 hingga 50.000 (kilowatt hour).

Berdasarkan perhitungan Dewan Energi Nasional (DEN) yang sama, jika konsumsi listrik per kapita ditargetkan hanya 5.500 kWh, maka pertumbuhan ekonomi hanya bisa dicapai sebesar 6% per tahun.

“Sebagai Ketua Harian DEN, saya memutuskan angka 5.500 kWh hanya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi 6%,” ujarnya. 

Untuk itu, pemerintah memutuskan untuk mendorong konsumsi listrik per kapita minimal 6.000 kWh hingga 6.500 kWh untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Prabowo Subianto.

“Ini sesuai dengan orientasi politik Pak Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Mas Gebran. Jadi nanti akan kita detailkan di RUPTL, selanjutnya akan kita diskusikan dengan Dirjen PLN,” pungkas Bahlil.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel