Bisnis.com, TANGERANG- Tak hanya industri China yang membanjiri Indonesia dengan produk jadi tekstil, belakangan ini investasi dari Negeri Panda juga mengalir masuk. Bahkan, pemerintah mengungkapkan akan ada gelombang investasi besar dari pabrik-pabrik China di industri tekstil.
Kabar masuknya investasi asing di sektor tekstil yang kesulitan menghadapi tekanan pasar dinilai cukup berani. Faktanya, industri tekstil di hulu masih menunggu dukungan investasi baru, sedangkan di sisi hilir dinilai sudah kelebihan penduduk.
Bisnis, melakukan pencarian pabrik tekstil yang didukung modal dari China. Beberapa di antaranya berlokasi di fasilitas dengan lahan terbatas di Kawasan Industri Pasar Kemi, Kabupaten Tangerang, Banten.
Debu tebal mengiringi deru truk 3 gardan yang datang dengan berbagai jenis kemasan plastik bekas. Tujuannya menyasar 2 perusahaan pemasok bahan baku produk tekstil dan barang plastik.
Pabrikan ini banyak menggunakan kemasan plastik berbahan polietilen tereftalat (PET) dan polivinil klorida (PVC).
“Kami menggunakan PET daur ulang dari botol plastik, kemudian ada proses penggilingan dan akhirnya menjadi fiber untuk bahan bagian dalam bantal, selimut, permadani misalnya,” kata satpam Liliks saat ditemui di gerbang PT. Harvestindo Internasional, Rabu (3/7/2024).
Harvestindo merupakan perusahaan yang memproduksi barang tekstil dan benang. Berdasarkan dokumen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, perusahaan tersebut berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) asal China.
Perusahaan yang memulai pabriknya pada tahun 2007 ini juga terutama memproduksi serat poliester yang dipasarkan ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Sebagian kecil juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Di pojok yang sama ada PT Grand Everest International. Perusahaan asal Tiongkok ini juga memiliki usaha daur ulang kemasan serupa yang sudah berdiri sejak tahun 2017. Hal ini juga terlihat dari bolak-balik pekerja angkutan yang memuat berbagai jenis plastik bekas.
“Kalau saya baru di sini, ini akan membuat plastik Everest dari botol bekas Aqua. Sehari bisa ratusan kantong, banyak sekali,” kata Maman (50). INDUSTRI HILIR TEKSTIL SANGAT PENDEK
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, pihaknya belum menerima kabar mengenai penanaman modal asing (PMA) dari pejabat pemerintah lainnya. Ia pun mempertanyakan kemana perginya investasi tersebut.
“Pertanyaannya di mana mereka investasi di hulu, menengah, hilir. Kalau kita lihat, hilir sudah jenuh. Hilirisasi itu seperti barang jadi, konveksi seperti itu,” kata Febri.
Tumpukan kain hasil tekstil di Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu/JIBI
Febri menilai, investasi tekstil di sektor hilir sudah jenuh karena banyaknya produsen barang jadi tekstil lokal, baik di kawasan berikat yang berorientasi ekspor maupun di kawasan non-ikat yang dipenuhi industri kecil dan menengah di Indonesia. sektor garmen.
“Sudah jelas dulu yang mana. Misalnya hilir, oh, apalagi kalau yang perantara,” ucapnya.
Di sisi lain, dengan hadirnya investasi pabrik baru dari China, ia berharap serapan tenaga kerja lokal semakin meningkat.
Sedangkan berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah pekerja di TPT pada Februari 2024 sebanyak 3,87 juta pekerja. Industri TPT memberikan kontribusi sebesar 21,57% terhadap penyerapan tenaga kerja industri.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) membeberkan kabar terkini mengenai rencana investasi pembangunan pabrik tekstil oleh perusahaan asing asal China dan Singapura.
Deputi Direktur Koordinasi Penanaman Modal dan Pertambangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Septian Hario Seto mengatakan, saat ini ada 11 perusahaan tekstil dan pakaian jadi yang sedang menjalani proses perizinan penanaman modal di Tanah Air.
“Ada 11 perusahaan dengan jumlah karyawan sekitar 40.000 orang. Lokasi di Subang, Karawang, Brebes, Solo, dan Sukoharjo. Investornya dari China, Singapura, dan Indonesia,” kata Seto kepada Bisnis, Rabu (14/06/2024).
Namun Seto tidak merinci potensi investasi yang akan ditanam perusahaan asing maupun dalam negeri saat ini. Yang pasti investasi 11 perusahaan ini akan menyerap tenaga kerja hingga 40.000 orang.
Rencana investasi tekstil baru akan meningkatkan peningkatan investasi asing langsung (FDI). Merujuk data National Single Window for Investment (NSWI), nilai penanaman modal asing langsung (foreign direct investment) pada industri TPT pada triwulan I tahun 2024 sebesar USD 13,9 juta atau setara Rp 228,37 miliar. Investasi ini naik 45% dari periode yang sama tahun lalu menjadi $9 juta.
Cek berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel