Bisnis.com, BADUNG – Pemerintah berharap dapat menemukan sejumlah kemitraan ekonomi pada Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 yang digelar di Bali, 1-3. September 2024.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengungkapkan, nilai kerja sama Indonesia-Afrika diperkirakan mencapai 3,5 miliar dolar AS atau setara Rp 54,3 miliar (berdasarkan kurs Rp 15.532 per dolar AS) pada permohonan ke-2. IAF. 

IAF tahun ini merupakan forum kedua setelah forum pertama pada tahun 2018 yang menghasilkan kontrak senilai US$568 juta. Artinya, perkiraan nilai potensi kerja sama di bidang ini meningkat enam kali lipat sejak tahun 2018.

Sementara itu, IAF tahun ini akan fokus pada sejumlah sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral. Terdapat perjanjian dan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Afrika yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Direktur Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, mengatakan salah satu kerja sama yang dilakukan adalah kesepakatan pengelolaan energi panas bumi dan surya.

“Pada tingkat tahun ini, beberapa penguatan kerja sama ekonomi akan dilakukan melalui beberapa perjanjian. Pertama, perjanjian pengembangan panas bumi antara PLN dan Tanesco, Tanzania,” kata Kadir pada konferensi pers persiapan IAF 2024 dan HLF MSP, Minggu. (1/9/2024).

Berdasarkan data Bisnis, kerja sama tersebut berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Afrika Timur dengan Tanzania Electric Supply Co Ltd (Tanesco). Kontrak ini dimulai pada Januari 2024. 

Indonesia juga menargetkan potensi kerja sama sektor energi di bidang mineral penting dengan negara-negara Afrika dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV).

Kadir mengatakan Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan mineral berupa nikel untuk pengembangan sistem baterai.

“Pada saat yang sama, kita tahu bahwa mineral itu penting, kita perlu melakukan lebih dari sekedar nikel, dan banyak hal lainnya, dan kita tahu bahwa beberapa negara Afrika juga memiliki potensi mineral yang penting,” ujarnya.

Peluang kerja sama lain dengan Afrika adalah di bidang pangan, salah satunya melalui bisnis pupuk.

Direktur Afrika, Asia-Pasifik Afrika Kementerian Luar Negeri RI Dewi Justicia Meidiwaty mengatakan sejumlah perusahaan di negara-negara Afrika sudah memulai kerja sama dengan beberapa perusahaan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pupuk.

“Afrika sebagai pasar potensial bagi kemitraan pupuk alternatif terkait ketahanan pangan juga akan menjadi topik diskusi,” kata Meidi.

Topik ketahanan pangan, termasuk ketersediaan pupuk dan peluang usaha, akan dikembangkan lebih lanjut dalam pertemuan agenda IAF 2024. Ada beberapa perjanjian kerja sama yang akan ditandatangani dalam agenda tersebut. 

Investasi

Kadir mengatakan, sejak menerapkan strategi baru tersebut, Indonesia kini melihat pasar Afrika sebagai kawasan dengan peluang besar sehingga sudah saatnya dimanfaatkan sebaik-baiknya.

“Platform ini kita pertahankan untuk memperluas pasar kita ke pasar non-tradisional, pasar non-tradisional, itu yang perlu kita lakukan yaitu negara-negara Afrika,” ujarnya dalam jumpa pers persiapan IAF 2024 bersama HLF MSP, Minggu (1 ). /9/2024). 

Menurutnya, tidak hanya di bidang dunia usaha, Indonesia juga berharap dapat meningkatkan perannya di bidang penanaman modal, salah satunya dengan outbound investment (OI) atau penanaman modal di luar negeri.

“Kita tahu saat ini Indonesia bukan hanya negara penerima modal, tapi kita juga negara pengekspor modal,” ujarnya. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel