Bisnis.com, JAKARTA – Bell’s palsy merupakan penyakit yang menyebabkan kelemahan otot secara tiba-tiba pada salah satu sisi wajah.

Beberapa artis terkenal seperti Justin Bieber, Sylvester Stallone dan Raline Shah menderita penyakit ini.

Kondisi ini seringkali hanya berlangsung sebentar dan membaik dalam beberapa minggu. Bell’s palsy menyebabkan separuh wajah tampak murung. Membuat seseorang tersenyum di satu sisi wajahnya.

Bell’s palsy juga dikenal sebagai kelumpuhan wajah perifer akut yang penyebabnya tidak diketahui. Itu bisa terjadi pada usia berapa pun.

Penyebab pastinya tidak diketahui. Para ahli meyakini hal ini disebabkan oleh pembengkakan dan iritasi pada saraf yang mengontrol otot di satu sisi wajah. Bell’s palsy dapat disebabkan oleh reaksi setelah infeksi virus.

Gejala biasanya mulai membaik dalam beberapa minggu, dan pemulihan penuh dalam waktu sekitar enam bulan.

Namun, beberapa orang mungkin mengalami beberapa gejala Bell’s palsy sepanjang hidupnya. Jarang sekali, Bell’s palsy terjadi lebih dari satu kali. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut beberapa penyebab utama Bell’s palsy: 1. Infeksi virus

Infeksi virus sering dianggap sebagai penyebab utama Bell’s palsy. Beberapa virus yang terkait dengan penyakit ini antara lain virus herpes simplex tipe 1 (HSV-1), virus varicella-zoster (penyebab cacar air dan herpes zoster), dan beberapa virus lain seperti virus Epstein-Barr. Virus ini dapat menyerang saraf wajah sehingga menyebabkan peradangan dan mengganggu fungsi saraf. 2. Radang saraf wajah

Saat saraf wajah meradang, jaringan di sekitar saraf bisa membengkak dan memberi tekanan pada saraf.

Hal ini dapat mengganggu transmisi sinyal dari otak ke otot wajah sehingga menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi wajah. 3. Gangguan peredaran darah pada saraf wajah

Bell’s palsy juga bisa disebabkan oleh gangguan aliran darah ke saraf wajah. Aliran darah yang tidak mencukupi dapat menghilangkan oksigen dan nutrisi penting lainnya pada saraf wajah, sehingga menyebabkan kerusakan atau disfungsi saraf. 4. Respon autoimun

Bell’s palsy juga bisa disebabkan oleh respon autoimun tubuh terhadap infeksi atau peradangan.

Sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jaringan saraf wajah yang sehat sebagai respons terhadap infeksi virus atau kondisi lain, sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf wajah. 5. Faktor risiko lainnya

Faktor risiko lain untuk Bell’s palsy termasuk diabetes, kehamilan, dan riwayat penyakit dalam keluarga. Beberapa kondisi tersebut dapat memengaruhi aliran darah atau meningkatkan risiko peradangan pada saraf wajah. Gejala dan pengobatan

Bell’s palsy sering kali muncul secara tiba-tiba dan menyerang salah satu sisi wajah. Gejala utamanya antara lain kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi wajah, ketidakmampuan menutup mata, berkurangnya kemampuan merasakan, dan terkadang nyeri di belakang telinga.

Bisa dilihat di dahi, alis, mata dan kelopak mata, serta di sudut mulut yang tidak bisa digerakkan.

Perawatan Bell’s palsy biasanya melibatkan penggunaan obat antiinflamasi seperti kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada saraf wajah. Anda juga bisa menggunakan obat tetes mata untuk mencegah mata kering yang memperparah peradangan.

Jika penyebabnya adalah infeksi virus, dokter mungkin juga akan meresepkan obat antivirus. Terapi fisik juga sering direkomendasikan untuk membantu pasien memulihkan fungsi otot wajah, seperti terapi stimulasi listrik.

Bell’s palsy sering kali hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu hingga bulan, meski dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat menyebabkan kelumpuhan wajah permanen. (Memperkaya Samuel K.P.)

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel