Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Mineral (ESDM) melaporkan total emisi karbon sektor pembangkit listrik sebesar 7,1 juta ton karbon dioksida setara (CO2e) atau Rp 84,17 miliar pada tahun 2023.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Energi dan Mineral Dadan Kusdiana mengatakan volume setara CO2e sebanyak 7,04 juta ton diperoleh melalui perdagangan emisi dengan metode langsung.

Berdasarkan hasil perdagangan karbon pada tahun 2023, terjual sebanyak 7,1 juta ton CO2 setara atau Rp 84,17 miliar, kata Dadan pada tahun 2024. .

Kementerian Energi dan Mineral, kata Dadan, bekerja sama dengan Carbon Exchange atau IDX Carbon untuk mendukung pelaksanaan perdagangan karbon. 

Selain itu, Dadan mengakui perdagangan karbon merupakan fenomena baru di tanah air dan memerlukan koeksistensi atau kerja sama antar lembaga.

“Kami menyadari bahwa penerapan perdagangan karbon merupakan hal baru, sehingga kami terus melaksanakan tindakan dan kegiatan yang antara lain mencakup penyadaran, peningkatan kapasitas, evaluasi, dan dukungan pemangku kepentingan terkait,” ujarnya.

Sebanyak 146 PLTU berpartisipasi dalam perdagangan karbon tahun ini 

Kementerian Energi dan Mineral mengumumkan bahwa pada tahun 2024 akan lebih banyak pembangkit listrik yang berpartisipasi dalam perdagangan karbon.

Sementara pada tahun 2024, kelompok ini memperkirakan terjadi peningkatan 47 PLTU dalam perdagangan karbon.

“Tahun ini jumlah pesertanya sebanyak 146 unit dengan penambahan kapasitas unit PLTU batubara lebih besar atau sama dengan 25 MW,” kata Dadan.

Dadan mengatakan meski jumlah peserta perdagangan karbon meningkat, namun ia tidak akan puas. Sebab, Kementerian ESDM terus mencari lebih banyak peserta perdagangan karbon di sektor pembangkitan listrik.

Oleh karena itu, kami terus meningkatkan jumlah peserta perdagangan karbon, khususnya di industri ketenagalistrikan, ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel