Business.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan tingkat produksi batubara akan menurun secara bertahap setelah tahun 2035.

Lana Saria, Ekonom Sumber Daya Alam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan produksi batu bara saat ini berada pada puncaknya yakni mencapai 775,2 juta ton pada tahun 2023.

Ia mengatakan, produksi batu bara diperkirakan akan tetap sebesar 700 juta ton hingga tahun 2035 dan berangsur-angsur menurun setelahnya.

Oleh karena itu dengan kebijakan yang ada, pada tahun 2030 kita harus mulai menurunkan tingkat produksi secara bertahap, jadi kita mulai dari 700 juta ton pada tahun 2035, kemudian kita berada di 325 juta ton hingga tahun 2055, kata Lana pada acara bertajuk ‘The Masa depan. dari masa depan’. Industri batubara di tengah tren transisi energi, Kamis (13/6/2024).

Pemerintah telah menciptakan beberapa strategi untuk mengurangi peran batubara dalam memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Salah satunya adalah kebijakan yang melarang pendirian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru.

“Tapi kami sudah mulai menyiapkan dua bahan bakar untuk masyarakat yang ada yang harus beralih dari batu bara ke batu bara untuk sementara waktu,” ujarnya.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui 587 permohonan rencana kerja dan anggaran (RKAB) sektor batubara.

Direktur Eksekutif Pertambangan dan Batubara (MINERBA), Bambang Suswanto mengatakan, persetujuan tersebut merupakan hasil kajian terhadap 883 permohonan yang diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR, Selasa (19/3/2024), Bambang mengatakan, kita sudah menyampaikan penyusunan ulang RKAB Batubara 2024-2026 pada Maret 1824, permohonan masuk 883, disetujui 587.

Dari 587 permohonan RKAB yang disetujui, Bambang mengungkapkan rencana produksi batu bara dalam 3 tahun ke depan berada di level 900 juta ton.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel