Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai besarnya potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia berpotensi dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan kecerdasan buatan (AI) di dalam negeri, termasuk Indosat dan Nvidia.
Menurut Erick, potensi energi hijau atau energi baru terbarukan (EBT) Tanah Air diperkirakan mencapai 3.680 gigawatt. Potensi tersebut berasal dari energi surya, angin, air, bioenergi, panas bumi, dan juga energi kelautan.
“Jadi kita punya banyak potensi listrik ramah lingkungan,” kata Erick pada acara Indonesia AI Day di The Tribrata Jakarta, Kamis (14/11/2024).
Namun Erick mengatakan pemerintah harus bertindak cepat untuk mendukung transisi energi yang cepat menuju penggunaan EBT secara massal.
Sebab, percepatan transisi energi juga akan didukung oleh berkembangnya AI di Indonesia. Karena listrik dari EBT bisa menjadi sumber listrik yang digunakan di data center.
Selain itu, pemerintah kini mendorong pembangunan lebih banyak pusat data untuk mengembangkan teknologi AI.
“Tetapi pada saat yang sama, kita memerlukan lebih banyak pusat data di Indonesia untuk mendukung pengembangan AI,” kata Erick.
Diberitakan sebelumnya, PT IBM Indonesia mengklaim mengalami peningkatan pelanggan kecerdasan buatan (AI) generatif hingga berkali-kali lipat pada September 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Presiden PT IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan perkembangan ini didorong oleh tingginya permintaan AI di setiap perusahaan. Hampir semua perusahaan telah memutuskan untuk menggunakan kecerdasan buatan. Intinya adalah jika perusahaan tidak menggunakan AI generatif, mereka akan tertinggal dalam persaingan.
Pekerja pada perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan akan mendorong perusahaan tersebut berkembang lebih cepat.
Dalam survei Business Value yang diluncurkan IBM, dilaporkan bahwa hampir 40% perusahaan di Indonesia dan dunia telah memutuskan untuk menggunakan kecerdasan buatan.
Roy mengatakan sektor yang paling tertarik menggunakan solusi IBM AI adalah perbankan, asuransi, dan jasa keuangan lainnya.
“Kemudian juga dari industri manufaktur dan jasa. Semua sudah menunjukkan minatnya. Namun secara global, penggunaan AI generatif tidak hanya terbatas pada ketiga industri tersebut, tapi juga pada ritel, transportasi, dan logistik,” kata Roy.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel