Bisnis.com, PALEMBANG – Pemasok minyak sawit dan CPO perkebunan PT Pinago Utama Tbk (PNGO) telah memutuskan pembagian dividen pada rapat umum tahunan (RUPST) pada Jumat (7 Juni 2024).

Berdasarkan hasil rapat umum tahunan (RUPST) tahun buku 2023, Pinago menyetujui pembagian dividen tunai final sebesar Rp 93,5 miliar atau Rp 122 per saham. 

Dan informasinya yaitu Rp 54,6 miliar atau setara Rp 70 per saham, dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai awal pada 17 November 2023 sesuai Perintah Dewan No. 160/DIR/PU/X/2023 26 Oktober 2023 dan disetujui Dewan Komisaris no. 03/KOM/PU/X/2023 tanggal 26 Oktober 2023.

Sedangkan sisanya sebesar Rp40,6 miliar atau setara Rp52 per saham akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai dengan catatan tanggal 21 Juni 2024, kata manajemen PNGO dalam keterangan resminya.

Setelah itu, sisa laba perseroan dicatat sebagai sisa penghasilan perseroan dan direksi perseroan diberi wewenang untuk menentukan jadwal dan rincian tata cara pembayaran dividen tunai.  Kinerja 2023

Berdasarkan keterangan tertulis manajemen PNGO, produksi TBS pada tahun 2023 sebesar 179.913 ton atau meningkat 11% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 162.559 ton. 

Namun terjadi penurunan TBS olahan dari 444.054 ton pada tahun 2022 menjadi 438.424 ton pada tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh penurunan pembelian TBS pihak ketiga.

“Produksi CPO mengalami penurunan sebesar 1% dari 100.914 ton pada tahun 2022 menjadi 99.766 ton pada tahun 2023 karena adanya penurunan TBS olahan, selain itu produksi primer mengalami sedikit penurunan dari 20.749 ton pada tahun 2022 menjadi 19.947 ton pada tahun 2023,” tulis manajemen.

Di sisi lain, perseroan berhasil mencatatkan peningkatan produksi partikel karet sebesar 17 persen atau sebanyak 4.644 ton, dari total 27.198 ton pada tahun 2022 menjadi 31.841 ton pada tahun 2023. 

Sementara itu, produksi RSS mengalami penurunan sebesar 16 persen dari 1.570 ton pada tahun 2022 menjadi 1.320 ton pada tahun 2023. “Penurunan produksi RSS disebabkan oleh penurunan produksi perkebunan karet sebesar 10 persen dari 2.485 ton menjadi 2.234 ton pada tahun 2022.”

Asosiasinya juga mengklaim perseroan mencatatkan penurunan laba kotor sepanjang tahun 2023 sebesar 4,9 persen, dari Rp529 miliar pada 2022 menjadi Rp503 miliar pada tahun lalu. 

Hal ini disebabkan oleh penurunan rata-rata harga penjualan produk sawit dan karet pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022, tambahnya. 

Laba usaha perseroan juga turun sebesar 8,1% dari Rp316 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp291 miliar pada tahun 2023, hal ini disebabkan oleh penurunan laba kotor PNGO.

Namun PNGO mampu menekan biaya umum dan administrasi sebesar Rp2,2 miliar atau dari Rp183 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp180,5 miliar pada tahun 2023. 

Secara keseluruhan, perseroan mencatatkan peningkatan laba bersih tahun berjalan dari Rp 173,3 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp 191,6 miliar pada tahun 2023, meningkat 11% year on year. 

“Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan perubahan nilai wajar aset biologis, penurunan biaya keuangan, dan peningkatan keuntungan mata uang asing,” jelasnya. 

Sekadar informasi, luas budidaya pada tahun 2023 mencapai 17.987 hektar, perkebunan kelapa sawit mencapai 13.834 hektar, dan perkebunan karet mencapai 3.890 hektar. 

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel