Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah eksportir batu bara mulai dari INDY hingga ADRO kini keluar dari sektor batu bara. Analis melihat emiten tersebut masih mampu meraih hasil positif di tengah diversifikasi.

Kepala Riset Kiwoom Sekurita Sukarno Alatas menjelaskan, dari segi prospek, emiten batu bara yang melakukan transisi ini tetap menarik, asalkan bisa menghasilkan kinerja positif.

Selain itu, selama masih memberikan dividen yang besar kepada pemegang saham, calonnya masih menarik, kata Sukarno, Rabu (9/10/2024).

Dia menjelaskan, mayoritas emisi batu bara sudah menghasilkan imbal hasil dividen yang menarik. Di satu sisi, tindakan transisi ini bertujuan agar perusahaan dapat fokus pada bisnis baru dan produk kinerja berkelanjutan.

Sukarno juga menilai stok batu bara masih menjadi pilihan, seiring dengan strategi diversifikasi portofolio produk bisnis berkelanjutan dan peningkatan kinerja.

Sementara itu, Sukarno melihat sentimen positif emisi batubara kini adalah kenaikan harga komoditas dalam jangka pendek. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh terganggunya pasokan batu bara karena faktor cuaca di tengah peningkatan permintaan dan stimulus ekonomi Tiongkok.

Seperti diketahui, ADRO akan melepas saham PT Adaro Andalan Indonesia kepada pemegang sahamnya pada rapat umum pekan depan.

Penerbitan saham ADRO bertujuan untuk membantu bisnis ramah lingkungan ADRO mendapatkan akses terhadap sumber pendanaan yang lebih banyak, biaya pendanaan yang lebih kompetitif, dan memberikan akses yang lebih baik terhadap proyek-proyek ramah lingkungan.

Sedangkan PT Indika Energy Tbk. (INDY) diketahui menjual anak usahanya PT Mitra Energi Agung dengan nilai transaksi yang disepakati sebesar Rp 15 miliar. INDY merupakan salah satu perusahaan yang gencar mengalihkan dan menjual beberapa anak perusahaannya yang bergerak di sektor batubara dalam beberapa tahun terakhir.

Di sisi lain, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) afiliasi Pandu Sjahrir menyampaikan rencana penjualan dua aset PLTU berkapasitas 200 MW.

PLTU yang akan dijual adalah PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Elektro Perdana (GLP). Nilai penjualan saham tersebut akan mencapai sekitar 144,8 juta dollar AS.

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembacanya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel