Bisnis.com, JAKARTA – Anak perusahaan BUMN Karya terus mempertajam strategi bisnis untuk mencapai target pertumbuhan penjualan dan laba bersih pada tahun 2024.

Sebanyak enam anak perusahaan BUMN Karya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Keenam penerbit ini juga melaporkan hasil kinerja keuangan selama tiga bulan pertama tahun 2024.

Berikut adalah indikator keuangan utama PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON), PT Wijaya Karya Gedung Gedung Tbk. (WEGE), PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP), PT PP Presisi Tbk. (PPRE), PT Waskita Beton Prefab Tbk. (WSBP) dan PT PP Properti Tbk. (PPRO).

Alhasil, tiga emiten yakni WTON, WEGE, dan ADCP mencatatkan penurunan laba bersih. Sedangkan PPRE, WSBP dan PPRO mencatatkan kerugian periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada induk perusahaan.

Dedi Indra, Sekretaris WIKA Beton, mengatakan perseroan menargetkan peningkatan laba usaha sebesar 20% secara tahunan (year-on-year) dan peningkatan laba bersih sebesar 25% secara year-on-year pada tahun ini.

“Perusahaan optimistis angka tersebut bisa dicapai pada akhir tahun,” kata Dedi kepada Bisnis, Senin (27/5/2024).

Pada tahun 2023, WTON mencatatkan pendapatan operasional sebesar Rp4,2 triliun atau turun 29,99% year-on-year. Sedangkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp34,12 miliar, turun 79,05% year-on-year.

Dedi menyatakan, untuk mengakselerasi kinerja di tahun 2024, tim manajemen telah memulai program transformasi yang fokus pada tiga hal, yakni keuangan yang sehat, peningkatan margin, dan penerapan tata kelola perusahaan.

“WTON juga mendorong pelaksanaan pemilihan proyek pada proyek-proyek yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, sehingga posisi arus kas operasional yang positif dapat dipertahankan,” ujarnya.

Sekretaris Adhi Commuter Properti, Bayu Purwana mengatakan, pertumbuhan laba bersih perseroan akan tumbuh 10% hingga 15% setiap tahunnya pada 2024.

Bayu mengatakan, pencapaian tujuan tersebut akan didukung dengan percepatan pengembangan beberapa kawasan Transit Oriented Development (TOD) yang sudah mencapai pre-sale sehingga bisa dikonversi menjadi pendapatan.

“Kami juga fokus pada pertumbuhan pendapatan yang memanfaatkan trafik lokal, mengingat ADCP memiliki produk berbasis TOD yang berlokasi di hub angkutan massal seperti LRT Jabodetabek, BRT Transjakarta, dan KRL Commuter Line,” tutupnya.

Keyakinan ADCP untuk mencapai kinerja yang lebih baik juga didorong oleh sejumlah proyek yang sedang dikembangkan yaitu LRT City Tebet, LRT City Cibubur, ADHI City Sentul dan Oase Park.

Perseroan juga mendorong penjualan unit yang tersedia di LRT City Bekasi dan LRT City Sentul dengan program insentif pajak pertambahan nilai (PPN). Ini diikuti dengan rencana penjualan dan pengelolaan ruang komersial.

ADCP juga akan menangani akuntansi penjualan LRT KOTA Tebet yang akan diserahterimakan pada akhir tahun ini, kata Bayu.

Tahun lalu, ADCP mencatatkan pendapatan operasional sebesar Rp651,95 miliar, tumbuh 10% year-on-year. Sedangkan laba bersih naik 10,61% year-on-year menjadi Rp 116,16 miliar. 

Berikut laporan kinerja keuangan anak usaha BUMN Karya triwulan I/2024:

Sumber: laporan keuangan akhir Maret 2024, diolah

_____

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel