Bisnis.com, JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam bukukan laba bersih Rp 2,2 triliun hingga September 2024. Angka tersebut turun 22,72% dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu sebesar 2,8 triliun rupiah.

Berdasarkan laporan keuangan 9 bulan 2024, penurunan laba Antam terjadi ketika pendapatan perseroan justru meningkat 39,81% menjadi Rp 43,2 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Produk emas menyumbang 83% dari total penjualan ANTM, dengan nilai emas mencapai Rp35,7 triliun, naik 85% dari 9M 2024 sebesar Rp19,29 triliun. 

Hingga September 2024, ANTM mencatat total produksi emas di tambang perseroan mencapai 743 kilogram (23.888 troy ounces). Sementara penjualan emas Antam selama 9 bulan 2024 meningkat 47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari 19.460 kg menjadi 28.567 kg.

Sementara itu, pada Januari-September 2024, segmen nikel memperoleh pendapatan sebesar 6,1 triliun rupiah. Nilai tersebut setara dengan 14% dari total pendapatan ANTM. Sementara itu, volume produksi dan penjualan feronikel Antam masing-masing sebesar 15.244 ton dan 11.691 ton.

Namun kenaikan ini tertahan oleh beban pokok penjualan yang lebih tinggi lagi, yaitu naik 57,64% year-on-year (y-o-y) menjadi Rp39,09 triliun pada 3Q24. 

Alhasil, setelah dikurangi biaya-biaya tersebut, sisa laba kotor ANTM hanya Rp 4,1 triliun atau berkurang 40,59% dibandingkan laba kotor periode 9 bulan 2023 yang sebesar Rp 6,09 triliun.

Sementara itu, kenaikan biaya tetap yang tajam terutama disebabkan oleh kenaikan biaya produksi perseroan sebesar 63% menjadi Rp 40,8 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini. Biaya produksi tersebut sebagian besar untuk pembelian logam mulia sebesar 33,65 triliun rupiah.

“Perusahaan tetap stabil dan kompetitif meskipun menghadapi berbagai tantangan global,” kata Presiden ANTM Nico Kanter dalam siaran persnya, Kamis (31/10/2024). 

Di sisi lain, beban usaha perseroan sebesar 2,24 triliun rupiah, turun 19% dibandingkan 2,75 triliun rupiah pada 9 bulan tahun lalu. Penurunan beban usaha ini disebabkan oleh penurunan biaya logistik dan asuransi akibat dampaknya terhadap penjualan nikel dan bauksit selama masa izin Januari-September 2024. 

Selain itu, ANTM juga menurunkan beban keuangan sebesar 14% menjadi Rp 176,49 miliar. Sedangkan laba bersih per saham dasar ANTM sebesar 91,6 rupiah per saham. 

Berdasarkan posisi keuangan, ANTM menunjukkan peningkatan aset sebesar Rp 40,98 triliun atau 15% year-on-year. Pada periode yang sama, total liabilitas ANTM turun 3% menjadi Rp 10,6 triliun. 

Sedangkan nilai modal 9 bulan tahun 2024 sebesar 30,38 triliun rupiah, meningkat 23% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 24,62 triliun rupiah. 

Di sisi lain, ANTM juga mencatat utang berbunga menurun menjadi Rp 1,63 triliun, turun 45% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sementara itu, saldo kas dan setara kas meningkat 27% menjadi Rp9,6 triliun pada periode yang berakhir September 2024. 

Nico mengatakan, perseroan terus berupaya memperkuat basis pelanggan lokal yang menjadi kontributor signifikan pendapatan ANTM dalam beberapa tahun terakhir. 

“Antam tidak hanya berhasil memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tetapi juga meningkatkan ketahanan usaha terhadap tantangan geopolitik dan perekonomian global,” kata Niko. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA