Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor gas alam nonmigas sektor manufaktur meningkat menjadi US$ 16,30 miliar dalam sebulan atau meningkat 16,40% pada Juni tahun 2024. Bulan 

Habibullah, Asisten Deputi Statistik Produksi BPS, mengatakan peningkatan ekspor manufaktur disebabkan oleh pesatnya aktivitas ekspor nonmigas yang dimulai pada bulan lalu dan meningkat sebesar 14,46% dibandingkan April tahun lalu.

“Peningkatan ini terutama terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik sebesar 16,40% dengan kontribusi sebesar 11,71%,” kata Habibullah dalam siaran pers resmi statistik BPS, Rabu (19/6/2024). 

Sementara itu, peningkatan bulanan nilai ekspor gas alam nonmigas dari sektor manufaktur terutama disebabkan oleh nikel. Hal ini disebabkan oleh peningkatan ekspor barang elektronik dan barang lainnya seperti perhiasan dan barang berharga. 

Bukan hanya bulanan saja. Ekspor gas alam nonmigas dari sektor manufaktur juga meningkat sebesar 4,66 persen year-on-year dari sebelumnya USD 15,57 miliar pada Juni 2023. 

Pada bulan Mei lalu, ekspor nonmigas terbesar adalah batu bara; Selain besi dan baja, minyak mentah (CPO) dan turunannya menyumbang 27,66 persen terhadap total ekspor migas pada periode tersebut. 

“Nilai ekspor batu bara dan minyak mentah mengalami penurunan secara bulanan dan tahunan, sedangkan produk besi dan baja meningkat secara bulanan dan tahunan,” ujarnya. 

BPS mencatat nilai ekspor batu bara turun 4,04% secara bulanan dan 16,85% secara tahunan. Harga minyak mentah dan turunannya mengalami penurunan sebesar 22,19% secara bulanan dan 27,11% secara tahunan, sedangkan harga ekspor besi dan baja meningkat sebesar 1,22% secara bulanan dan 8,30% secara tahunan. 

Lebih lanjut, Habibullah menyampaikan hingga Mei 2024, tiga negara eksportir terbesar yakni Tiongkok, Amerika Serikat, dan India menyumbang sekitar 42,39% dari total ekspor nonmigas Indonesia. 

“Nilai ekspor migas ke Tiongkok meningkat sebesar 4,73 miliar dolar AS atau 10,59% dibandingkan April 2024. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan nilai ekspor minyak mineral, nikel, dan logam,” jelasnya.  

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.