Bisnis.com, Jakarta – Banyak analis yang optimistis dengan masa depan Grup Triputra yang memasok konglomerat TP Rachmat PT Dharma Polymetal Tbk. (DRMA), sejalan dengan tren pertumbuhan industri dalam memperluas pasar infrastruktur.

Baru-baru ini, DRMA memulai operasi ekspor perdana komponen kendaraan listrik di Montgomery, Alabama, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/5/2024).

Presiden DRMA Irianto Santoso mengatakan proyek tersebut menandai dimulainya ekspor komponen otomotif perseroan ke AS. Anak perusahaan DRMA, PT Dharma Kyungshin Indonesia, menawarkan berbagai wiring harness untuk digunakan pada kendaraan Hyundai dan KIA di Amerika Serikat.

“Total keuntungan perseroan dari proses ekspor diperkirakan mencapai US$ 15,8 juta pada tahun 2024 dan US$ 26,8 juta pada tahun 2025,” Pabrik Dharma Kyungshin Indonesia, Cirebon, Jawa Barat Selasa (14/5/2024).

Sedangkan pada ekspor perdana ini dikirim dua kontainer dengan harga US$450.000 atau sekitar Rp7,23 (kurs Rp16.085 per dollar AS).

Tak hanya itu, DRMA akan memperluas pembangunan pabrik baru di kawasan Cireban Jawa Barat untuk meningkatkan produksi komponen kendaraan. Perseroan menyiapkan anggaran (capex) sekitar Rp 200 miliar untuk pembangunan pabrik baru tersebut.

“Kami sudah persiapan, kami akan membangun pabrik baru. Total luas yang kami bangun saat ini sekitar 22.000 m2 dengan tiga lantai di Marikangen, kawasan Cirebon,” kata Irianto.

Analis Kivoom Securitas Vicky Rosalinda mengatakan, kinerja DRMA berpotensi tumbuh hingga akhir tahun 2024, apalagi jika melihat kinerja positif di tahun 2023 serta peningkatan laba dan pendapatan bersih.

“Terjadi perbaikan ekspor suku cadang mobil yang berdampak positif pada kinerja DRMA. Pertumbuhan pendapatan diharapkan berkisar 10%-15%, sedangkan laba bersih tumbuh 15%-20%,” kata Vicky. Dalam bisnis. com, dilansir Minggu (19/5/2024).

Apalagi menurut dia, pemerintah sedang menerapkan kebijakan kendaraan listrik yang akan meningkatkan permintaan kendaraan listrik sehingga berdampak pada pemasok DRMA.

Namun menurutnya, pasar ekspor mobil belum bisa dikatakan menjanjikan karena kita belum melihat kondisi terkini seperti konflik geopolitik, ketidakpastian perekonomian dan kekayaan dunia dan dalam negeri, inflasi dan lain-lain.

“Untuk prospek sahamnya, DRMA masih tergolong undervalued dan harga saat ini diperdagangkan pada [PE] sebesar 6,1 kali atau 8,9 kali di bawah rata-rata dua tahun terakhir. Sedangkan nilai bukunya [PBV]. Ganda atau 3,1 kali di bawah rata-rata dua tahun,” jelas Vicky.

Menurut dia, dari segi teknikal, saham DRMA masih bearish sehingga ia menyarankan investor wait and see dulu.

Oleh karena itu, analis MNC Securitas Herditya Vikaxana merekomendasikan menunggu untuk melihat saham DRMA sejalan dengan perbedaan pandangan tersebut.

“Untuk penjelasannya, kita lihat DRMA dan wait and see rekomendasinya. Level supportnya Rp 855, sedangkan resistancenya Rp 915,” jelas Herditya kepada Bisnis.com.

Pada Jumat (17/5/2024), saham DRMA turun 2,66% atau 25 poin ke Rp 915 per saham. Sedangkan saham DRMA turun 35,56% year-to-date (ytd).

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya terserah pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan pembaruan lainnya di Google Berita dan Channel WA