Bisnis.com, JAKARTA – Sektor jasa keuangan seperti perbankan menghadapi serangkaian tantangan pada tahun ini, mulai dari gejolak perekonomian global akibat ketegangan politik yang intens hingga tren suku bunga yang tinggi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2017-2022 Wimboh Santoso mengatakan, situasi tahun 2024 sungguh di luar dugaan. Perekonomian dunia dipengaruhi oleh konflik regional atau perang berskala besar. Baru-baru ini, konflik antara Iran dan Israel.
“Ada peningkatan tekanan pada harga komoditas, seperti kenaikan harga minyak. Hal ini bisa memberikan feedback negatif kepada emerging market. Namun prediksi saya bersifat jangka pendek, Selasa (07/05/2024).
Bagi sektor keuangan khususnya perbankan, tantangan lainnya adalah selesainya restrukturisasi Covid-19. Bank diyakini mewaspadai dampak berakhirnya perjanjian Covid-19 terhadap nilai asetnya. “Namun saat ini perusahaan sudah mulai pulih,” kata Wimboh.
Kepala Ekonom Raden Pardede mengatakan tantangan lainnya adalah tingginya suku bunga dan tren nilai tukar rupee yang lemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. BI rate sudah menyentuh level 6,25%, hingga menjadi 25 basis poin (bps) setelah ditetapkan sebesar 6% mulai Oktober 2023.
Kenaikan suku bunga acuan ini disebabkan melemahnya nilai tukar rupee. Nilai tukar rupee terhadap dolar AS pada akhir triwulan I-2024 mengalami depresiasi sebesar 2,89% sepanjang tahun berjalan (YTD). Pada bulan lalu, rupiah bahkan mulai menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS.
Jika ditilik ke belakang, nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai Rp 16.000 pada 3 April 2020. Saat itu, nilai tukar mata uang Indonesia mencapai Rp 16.300 per dolar AS.
Raden menjelaskan, situasi ini menyebabkan perbankan harus bersaing memperebutkan uang. “Ada rebutan pendanaan pihak ketiga [DPK],” ujarnya kepada Bisnis usai sidang BIA 2024, Selasa (5/7/2024).
Menurutnya, sektor jasa keuangan seperti perbankan juga harus mengurangi risiko yang mungkin timbul dari situasi ini.
Sektor jasa keuangan seperti perbankan juga perlu memperkuat keuangannya. “Kalau sumber keuangannya besar, aman. Ini penting di tengah ketidakpastian yang bisa menyebabkan LAR [loan at risk] berubah menjadi NPL [non-performing loan]. Kita harus hati-hati ke depan, kita punya cukup uang dan sumber daya yang cukup, kata Raden.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA