Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom sekaligus Direktur Center for Economic and Legal Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai pemerintah harus tetap sigap dalam menumbuhkan potensi ekonomi biru sebagai nilai tambah negara.

Lebih lanjut, lanjutnya, Indonesia masih memiliki peluang emas jika dapat memanfaatkan ekosistem laut untuk menumbuhkan ekosistem karbon biru sebagai solusi adaptasi berbasis alam.

“Jadi potensi ekonomi biru sekitar USD 27-35 miliar atau totalnya sekitar Rp 432-560 triliun, khususnya perikanan, namun potensi tersebut belum termasuk simpanan karbon, dari terumbu karang dan ekosistem laut yang nilainya sangat besar.” Diberitakan Bisnisu, Sabtu (7 Juni 2024).

Ia menegaskan, ekosistem laut bisa menjadi solusi berbasis alam. Ingat, kekayaan ini menggunakan energi organisme hidup untuk mengambil karbon dari udara dan menyimpannya.

Menurut dia, solusi tersebut meliputi hutan Ucanica, lamun, dan rawa asin. Faktanya, kawasan Samudera Hindia memiliki sekitar 60% potensi solusi berbasis alam di dunia, sehingga menjadikannya kandidat yang tepat untuk memperluas inisiatif ini.

Bhima percaya bahwa menyoroti ekonomi biru, tidak hanya melindungi dan memperluas sumber daya yang tak ternilai ini, akan mendorong pembangunan berkelanjutan, namun juga membantu negara-negara lain mencapai tujuan dekarbonisasi mereka yang ambisius.

“Dengan Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan terumbu karang dan ekosistem laut yang dilindungi paling lama di dunia, hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai pembangkit tenaga karbon yang sangat besar.” “Dengan demikian, ekonomi biru memiliki cakupan yang sangat luas, mencakup dampak ganda dari logistik, lembaga keuangan, makanan dan minuman, akomodasi pariwisata,” pungkas Bhima.

Sebelumnya, Wakil Presiden RI (Vapres) Ma’ruf Amin juga mengamini bahwa kawasan Asia-Pasifik sendiri dengan keanekaragaman hayati pesisirnya yang panjang dan luas di kawasan kepulauan ini mempunyai potensi besar dalam memenuhi kebutuhan pangan dan perekonomian global.

Hal ini berujung pada dibukanya Asia Pacific Aquaculture (APA) 2024 di Grand City Hall Convention, Jl. Gubeng Corner No.1, Ketabang, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/7/2024).

“Kawasan Asia-Pasifik merupakan kawasan strategis yang tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen perikanan global. Indonesia, Filipina, Jepang, serta kawasan Mikronesia juga akan melihat sumber daya kelautan ini sebagai peluang demi peluang. .hemat,” katanya di forum tersebut.

Dan presiden ke-13 RI ini mengapresiasi kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya kelautan.

Indonesia, kata Ma’ruf, telah menjadikan ekonomi biru sebagai salah satu strategi pembangunan nasionalnya.

“Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik terus mengedepankan konsep ekonomi biru, yaitu pemanfaatan sumber daya kelautan, dengan tetap menjaga ekosistem. Indonesia menjadikan penerapan konsep ini sebagai salah satu strategi pembangunan nasional,” tegasnya. . .

Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia akan terus mengembangkan program nasional yang mengedepankan inovasi di bidang perikanan dan wisata bahari, sekaligus lebih baik membangun ekonomi biru.

“Kolaborasi pengembangan ekonomi biru di kawasan ini tentunya tidak hanya melibatkan pemerintah saja, namun juga kerja sama dengan para pengelola dunia usaha dan investor, serta akademisi, sehingga tercipta rencana arah yang komprehensif dan terintegrasi,” kata Maruf.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan VA Channel