Bisnis.com, JAKARTA – Institute of Economic Development and Finance (Indef) mendorong penurunan suku bunga atau BI rate tanpa menunggu Bank Sentral Amerika (AS) atau The Fed memangkas bank sentralnya. Tingkat Finansial Pertama (FFR). 

Direktur Pengembangan Informasi Indef Eko Listiyanto mengatakan, langkah ini patut dilakukan mengingat masyarakat kelas menengah sangat menderita seiring dengan menurunnya jumlah masyarakat di sektor ini. 

“Tanda-tanda penurunan suku bunga dari AS semakin jelas, kita tidak perlu menunggu mereka menurunkan suku bunga dan sebagainya,” ujarnya dalam Diskusi Publik Indef: Kelas Menengah Diturunkan, Senin (9/9)/ ) 2024). 

Menurut dia, sudah saatnya Bank Indonesia (BI) menurunkan BI rate untuk menghidupkan kembali sektor riil. 

Salah satunya adalah banjir bagi UMKM, khususnya bagi dunia usaha. Pasalnya, banyak orang yang mempunyai uang, ingin membuka perusahaan atau usaha, namun tingginya suku bunga saat ini menghalanginya. 

Berdasarkan hasil pencarian Indef di platform 

Eko menegaskan, peringatan perlambatan konsumsi terlihat pada persepsi pertumbuhan ekonomi dua kuartal terakhir yang turun dari 5,1% pada kuartal I 2024 menjadi 5% pada kuartal II 2024. 

Karena kelompok konsumsi domestik tetap sama, maka tumbuh sebesar 4,9% (tahun/tahun).

Di sisi lain, indeks manufaktur kembali mengalami kontraksi pada Agustus 2024. Padahal, kontraksi industri ini sudah terjadi sejak April 2024 dan akan masuk wilayah kontraksi mulai Juni 2024. 

Sehubungan dengan itu, pelemahan daya beli juga ditunjukkan dengan penurunan selama empat bulan berturut-turut atau pada Mei 2024 hingga Agustus dengan inflasi tahun ini atau year-to-date (ytd) sebesar 0,87%. 

Saat ini, berdasarkan hasil survei nasabah Bank Indonesia, perkiraan pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas perekonomian akan menurun pada Mei 2024 hingga Juli 2024. 

Angka terakhir Indeks Ekspektasi Bulan Agustus (IKK) sebesar 124,4, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 123,4.

Karena itulah dia meminta Bank Sentral Tanah Air segera menurunkan bunga utangnya. Selain itu, Eko meminta pemerintah menghentikan kenaikan harga barang dan jasa yang bisa dikendalikan pemerintah, yaitu harga. 

Antara lain harga BBM, iuran BPJS kesehatan, isu ketenagakerjaan, dan isu baru terkait pensiun. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersikukuh untuk memangkas BI rate pada kuartal IV-2024, meski The Fed berencana memangkasnya pada rapat FOMC bulan ini. 

Perry masih enggan menurunkan BI rate meski masih ada ruang bagi Indonesia. Menurut dia, BI masih memantau dan menunggu situasi global. 

“Bagaimana situasi internasionalnya? Pertama, kejelasan FFR. Kedua, tentu saja apa konsekuensi dari suku bunga US Treasury, baik 2 tahun maupun 10 tahun. Ketiga, situasi dolar,” jelasnya dalam penyerahan RDG. hasil bulan lalu.  

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel