Bisnis.com, Jakarta – Sejumlah anggota Komite VI DPR RI mengusulkan untuk menggandeng BUMN farmasi, PT Bio Farmasi (Persero), dan mengusulkan penambahan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 2,21 triliun pada tahun 2025.

Anggota Komite VI DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Leek Dia Pitaroka angkat bicara mengenai kondisi keuangan perusahaan dan anak perusahaan PT Kimia Pharma TBK. dan PT Indofarma Tbk. Ia menderita kerugian dan terlibat dalam skandal penipuan.

“Kami merasa belum bisa menerima RPN 2,2 triliun karena persoalan induk perusahaan masih berantakan,” kata Riek, dikutip Kamis (20 Juni 2024).

Dia tidak setuju karena PMN tidak hanya mendapatkan keuntungan dari dividen yang dihasilkan BUMN. Pendanaannya sebagian besar bersumber dari APBN yang bersumber dari pajak rakyat. Rieke menolak menggunakan APBN untuk menyelesaikan permasalahan BUMN.

Sebagai referensi, kinerja Holding BUMN Farmasi (Konsolidasi) pada tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 28% dibandingkan Rp 21,2 triliun.

Sedangkan rugi bersih konsolidasi (unaudited) tahun 2023 sebesar Rp 2,16 triliun dibandingkan laba tahun sebelumnya sebesar Rp 490 miliar. Kerugian KAEF sebesar Rs 1,8 triliun dan kerugian INAF sebesar Rs 605 miliar menyebabkan hilangnya Biopharma.

Amin Aku, Anggota Komite 6 DPR RI dari Fraksi Partai Sejahtera dan Keadilan (PKS), mengemukakan peran yang dapat dilakukan setiap Bumnin untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja melalui integrasi.

“Mereka simpan paketnya, tapi tetap jalan sendiri-sendiri. Malah yang satu Nagarore, yang satu gantung, yang satu Getan, yang satu Nglong. Sinergis. Enggak ada hasil, kira-kira begitu? Tentu ini harus kita kritik, ” kata Amin.

Ia juga terkejut dengan penurunan kinerja perusahaan induk farmasi milik negara meskipun permintaan obat meningkat selama pandemi, sehingga dapat mendorong pertumbuhan industri farmasi.

Shadiq Akasha, Direktur Utama Bio Farma, mengatakan pihaknya akan mendapat tambahan penyertaan modal negara senilai Rp 2,21 triliun untuk pembangunan fasilitas produksi baru (PMN).

Bio Pharma berencana mengembangkan pabrik farmasi baru di luar pabrik yang sudah ada di Pasteur, Bandung. Alokasi PMN juga diperlukan untuk pemutakhiran mesin dan teknologi yang ada.

“PMN yang kita perkirakan sekarang sangat lambat dalam memperbarui mesinnya dalam bisnis vaksin ini, 10 sampai 15 tahun.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel