Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan dana perbankan pihak ketiga (DPK) Indonesia tumbuh 7% secara tahunan (year-on-year/year-on-year) pada Agustus 2024.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan dengan angka tersebut, pihaknya optimistis peredaran kredit akan tumbuh pada kisaran 10-12% pada akhir tahun.
“Kalau kita lihat ke depan seperti apa [pertumbuhan kredit] di sisa tahun ini, pertama, pertumbuhan investasi masih tinggi di angka 7%,” ujarnya dalam konferensi pers hasil rapat BI. Rapat RDG) di Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Selain itu, ia mengatakan perbankan masih memiliki alat likuid yang besar, ditunjukkan dengan rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) sebesar 25,37%.
Artinya, menurut Juda, porsi alat likuid berupa Surat Berharga Negara (SBN) terhadap Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) sangat besar.
– Ketiga, ekspansi kebijakan fiskal pemerintah biasanya besar pada triwulan IV 2024. – Oleh karena itu, ada kemungkinan DPK juga meningkat, ujarnya.
Ia juga mengatakan, BI juga membuka jalur pendanaan non-DPK dengan kebijakan hubungan pendanaan luar negeri bank yang dikenal dengan RPLN. Menurutnya, hal ini memungkinkan perbankan memperluas ruangnya dengan menerima uang dari luar negeri.
“Terakhir, penurunan suku bunga justru akan merangsang permintaan kredit. “Dan juga biaya perbankan semakin murah,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo melaporkan kredit yang disalurkan perbankan tumbuh 11,40% secara tahunan dibandingkan Agustus 2024.
Ia mengatakan, perkembangan kredit didukung oleh sisi penawaran yang sejalan dengan suku bunga kredit yang terjaga.
Selain itu, pembiayaan yang memadai, realokasi alat likuid perbankan dan dukungan dari KLM Bank Indonesia [Kebijakan Promosi Likuiditas Makroprudensial], ujarnya bersamaan.
Selain itu, Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel