Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) DKI Jakarta melaporkan penerimaan perpajakan, termasuk pajak dan bea, mencapai Rp 19,1 triliun pada Januari hingga Juni 2024 atau pada semester I/2024.
Bapenda DKI Jakarta mencatat jumlah tersebut setara dengan 34,89% dari target pendapatan DKI Jakarta tahun 2024 sebesar Rp 54,75 triliun.
“Realisasi pendapatan sebesar Rp 19,10 triliun tersebut berasal dari 3 jenis pendapatan daerah, antara lain pajak daerah, kontribusi daerah, dan Pendapatan Utama Daerah lainnya [LLPAD],” tulis Bapenda dalam keterangan resmi, dilansir Rabu (7/10/2024).
Rinciannya, pendapatan pajak daerah sebesar Rp16,83 triliun, retribusi daerah sebesar Rp209,67 miliar, dan Pendapatan Utama Lain Daerah (LLPAD) sebesar Rp2,06 triliun.
Secara keseluruhan, jenis pajak yang mencatatkan penerimaan tertinggi adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang mencapai Rp 4,44 triliun.
Disusul Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang mencapai Rp3,18 triliun, Pajak Hak Guna Bangunan dan Perolehan Hak atas Tanah (BPHTB) sebesar Rp2,29 triliun, pajak restoran yang mencapai Rp2,06 triliun, serta pajak bumi perdesaan dan bangunan dan daerah perkotaan tercapai. Rp1. triliun.
Sedangkan jenis pajak yang persentase penerimaannya paling tinggi adalah pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang mencapai 55,59%. Dengan total penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor pada semester I tahun ini mencapai Rp 861,67 miliar dibandingkan target penerimaan pajak sebesar Rp 1,55 triliun.
Persentase penerimaan terendah berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang hanya mencapai Rp1,32 dari target Rp10,5 triliun.
Pajak hiburan yang mengalami kenaikan tarif di awal tahun hanya menghasilkan Rp 291 miliar atau 32,35% dari target pada Januari hingga Juni 2024.
Melihat laporan pendapatan daerah DKI Jakarta, terlihat hasil pendapatan daerah ini belum mencapai 40%, padahal sudah melewati titik pertengahan tahun.
Sejauh ini, Bapenda belum menjawab pertanyaan dunia usaha mengenai mengapa pendapatan pada semester pertama tahun 2024 jauh di bawah target.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel