Bisnis.com, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI memprioritaskan pemulihan data layanan publik akibat serangan ransomware di Pusat Data Nasional (PDN). 

Menurut Usman Kansong, Direktur Jenderal Media dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, ada 5 tenant atau organisasi pemilik data yang pulih hari ini. 

“Kami prioritaskan pemulihan pelayanan publik dan saat ini sudah ada 5 tenant yang sembuh dari penyakit tersebut, pertama Kementerian Hukum, Hak Asasi Manusia dan Imigrasi, Layanan Persepsi LKPP, Layanan Perizinan Acara Marves, Kementerian Agama Halal dan Kota Derry. “Kami mengutamakan pemulihan pelayanan publik,” kata Osman dalam Cominfo, dalam konferensi pers, Rabu (26/6/2024). 

Selain itu, ia juga memprioritaskan pemulihan karena jumlah penyewa kementerian/lembaga yang memiliki data cadangan kini sebanyak 44 orang.

Kemudian, hingga akhir bulan, dia berharap sudah ada 18 penyewa yang bisa diperbaiki atau didatangkan kembali.

“Setiap hari kita berharap semakin banyak penyewa atau kementerian/lembaga yang pulih. Akhir bulan ini yang kembali ada 18 orang,” ujarnya.

Ia mengatakan Cominfo, Telkom, BSSN dan instansi terkait terus berupaya mempercepat proses pemulihan agar akses layanan publik dan pelayanan publik kementerian/lembaga tidak terganggu.

Sementara itu, BSN menyatakan akan bekerja keras untuk memulihkannya dengan bekerja sama dengan institusi terkait termasuk Bareskrim Polri.

Network and IT Solutions Manager PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., Herlan Wijanarko Data yang terserang ransomware tidak dapat dipulihkan sehingga menggunakan sumber daya yang ada.

Pihaknya mencatat, masih ada tenant yang data cadangannya berada di wilayah PDNS Surabaya dan Batam.

Sekadar informasi, terjadi pemadaman pada server Pusat Data Nasional (PDN) akibat serangan ransomware LockBit 3.02. Bahkan, para peretas meminta uang tebusan hingga $8 juta dari pemerintah untuk menghentikan serangan terhadap pusat data nasional.

LockBit bukanlah virus, melainkan kelompok peretas yang beroperasi sejak tahun 2019, yang awalnya bernama ABCD, Ransomware Operators Group.

Kelompok peretas ini punya cukup waktu untuk menginfeksi Bank Syariah Indonesia (BSI) menggunakan Ransomware-as-a-Service (RaaS), warisan Lockbit dan Lockbit 2.0. LockBit yaitu versi terbaru 3.0 atau dikenal juga dengan Lockbit Blackz.

Serangan tersebut memiliki kemampuan untuk mengatur opsi berbeda saat menyiapkan dan melaksanakan pembayaran. LockBit 3.0 menggunakan pendekatan modular dan mengenkripsi pembayaran selama eksekusi, yang merupakan hambatan signifikan dalam analisis dan deteksi malware.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Saluran Tontonan