Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) buka suara terkait dampak yang dihadapi perusahaan ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat menghentikan skema paylater PT Akulaku Finance Indonesia. Sedangkan pada 29 Februari 2024, OJK resmi mencabut sanksi tersebut.
Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo mengatakan, hal tersebut tidak berdampak signifikan terhadap pendapatan BBYB.
Perlu diketahui, sebelumnya regulator memberlakukan pembatasan kegiatan komersial tertentu pada Akulaku karena perseroan tidak melakukan tindakan pengelolaan yang diminta OJK, yaitu berupa pembatasan penyaluran pembiayaan dengan menggunakan metode Beli Sekarang Bayar Nanti ( metode BNPL) alias paylater.
Pada saat itu, Akulaku dilarang melakukan kegiatan usaha penyaluran pembiayaan kepada peminjam lama dan peminjam baru dengan menggunakan skema BNPL atau pembiayaan sejenis, termasuk yang pembiayaannya disalurkan melalui skema ‘channeling’ atau joint financing.
“Sebenarnya Akulaku punya rekanan dengannya dalam hal pinjaman [kepada kami] tapi sikapnya sama dengan [sepuluh] mitra lainnya. Komposisinya juga turun di Maret, 46%,” ujarnya saat wawancara dengan Grup. di Media pada Rabu (8/5/2024)
Ia mencatat, dampaknya terhadap pendapatan sangat kecil, tidak lebih dari 5%. Bahkan, BBYB masih mencatatkan pertumbuhan sebesar Rp 600 miliar pada tahun lalu dengan kehadiran mitra lainnya.
Lebih lanjut, Aditya mengatakan, saat terjadi pembatasan, pihaknya melihat tidak ada “pemesanan” atas pinjaman atau kredit yang diajukan melalui Akulaku pada periode tersebut.
Ke depan, ia mengatakan pertumbuhan kredit secara keseluruhan dengan skema channel akan tetap stabil. Namun komposisinya akan berkurang karena ada keberagaman dari mitra lain, tambahnya.
Sebagaimana disampaikan, BBYB menjaga kualitas kredit yang disalurkan dengan lebih selektif dalam penyaluran kredit dan terus memperluas penyaluran kredit ke berbagai segmen nasabah, mulai dari perorangan, UMKM, dan korporasi, hal ini didasari oleh optimisme perekonomian Indonesia akan membaik. terus tumbuh. .
“Pertumbuhan ini menjadi peluang bagi BNC untuk terus memperluas penyaluran kreditnya,” kata Adit dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5/2024)
Berdasarkan Bisnis RTI per 30 April 2024, PT Akulaku Silvrr Indonesia yang merupakan bagian dari Akulaku Group dan bergerak di bidang e-commerce tercatat sebagai pemegang saham pengendali BBYB dengan kepemilikan saham sebesar 27,32%.
Di sisi lain, PT Akulaku Finance Indonesia yang juga merupakan bagian dari Akulaku Group namun bergerak di bidang multifinance memiliki hubungan kemitraan dengan Bank Neo Commerce.
Dari sisi kinerja bisnis, BBYB membukukan laba bersih sebesar Rp14,23 miliar pada kuartal I 2024, pulih dari kerugian Rp68,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan, Kamis (23/5/2024) laba bersih BBYB didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) yang tumbuh 19,36% yoy menjadi Rp 825,52 miliar dari sebelumnya Rp 691,61 miliar.
Sementara di sisi intermediasi, Bank Neo Commerce menyalurkan total kredit sebesar Rp9,4 triliun pada Maret 2024, terkoreksi 13,87% yoy dari Rp10,91 triliun. Aset perbankan turun tipis 1,04% yoy menjadi Rp18,91 triliun dari Rp19,11 triliun
Sejalan dengan kinerja kredit, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto BBYB meningkat sebesar 41 bps menjadi 3,94% dari 3,53%. Sementara NPL netto turun 137 bps menjadi 1,3% dari 2,67%
Terakhir dari sisi pembiayaan, BBYB memperoleh dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp14,35 triliun, turun 2,75% yoy dibandingkan tahun lalu sebesar Rp14,75 triliun. Sementara itu, rekening giro tabungan (CASA) juga turun tipis 0,47% yoy menjadi Rp3,96 triliun dari Rp3,98 triliun.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel