Bisnis.com, JAKARTA – Infrastruktur internet yang dibangun perusahaan swasta dan Badan Akses Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) di daerah tertinggal harus dibarengi dengan gagasan literasi digital yang saat ini kurang dirasakan masyarakat.

Masyarakat di daerah tertinggal tertarik untuk mengikuti pelatihan, namun sayangnya tidak banyak lembaga yang bersedia memberikan keterampilan digital di daerah pedesaan. 

Survei Penetrasi Internet di Daerah Tertinggal tahun 2024 menemukan bahwa dari 8,1 juta pengguna Internet di daerah tertinggal, hanya 18,3% yang pernah merasakan pendidikan digital. Sisanya sebesar 81,7% belum pernah berolahraga.

Penduduk desa mengaku menerima pelatihan digital, termasuk pelatihan komputer dasar (32,5%), pelatihan keterampilan digital untuk UKM (20%), pelatihan internet dasar (17,5%), dan pelatihan e-commerce (12,5%). dan program literasi digital bagi siswa dan guru 7,5%. 

Terkait efektivitas program literasi digital, mayoritas responden (63,6%) mengakui kehadiran program tersebut memberikan dampak yang kuat terhadap peningkatan keterampilan digital masyarakat di desa. 

Kemudian, 45,5% diantaranya cukup sering mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta. 

Survei APJII juga mengungkapkan bahwa meskipun masyarakat desa tertinggal antusias mengikuti olahraga, namun banyak kendala yang mereka hadapi seperti sinyal internet yang tidak stabil (33,2%), mahalnya internet (14,4%), kurangnya peralatan yang memadai (18,8%), kurangnya pengetahuan tentang penggunaan Internet (11,2%).

APJII mengikutsertakan 1.950 responden yang tersebar di 64 kabupaten di 17 provinsi dalam Survei Penetrasi Internet di Daerah Tertinggal tahun 2024. Dari jumlah tersebut, 899 responden (46%) berada di wilayah Papua, disusul 414 responden (21%) di Nusa Tenggara Timur, dan 181 responden (9%) di Maluku. 

Selain itu, mayoritas responden dalam sampel (60%) berusia antara 12 dan 43 tahun, dengan tiga pekerjaan teratas adalah petani (18,8%), ibu rumah tangga (19,5%), pelajar (15%), dan wirausaha (8,3%). %), dll. pada. maju. 

Penelitian dilakukan pada periode Juli–September 2024 dengan menggunakan metode probabilitas sampling.  Kesetiaan

Dalam pengembangannya, Bakti Kemenkominfo tidak hanya membangun infrastruktur tetapi juga memberikan pelatihan digital kepada desa-desa tertinggal. 

Kepala Badan Perencanaan dan Strategi Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika Gumala Warman mengatakan Bakti berupaya memberdayakan masyarakat untuk digitalisasi.

Melalui program Empowern3T Kompetensi Digital Rangkul Era Digital Pimpin Perubahan, Bakti ingin turut serta memperkuat masyarakat, tidak hanya membangun infrastruktur telekomunikasi. 

“Oleh karena itu, kami menyambut baik kegiatan ini dan kami yakin pemanfaatan ruang digital akan membawa banyak manfaat,” pungkas Gumala.

Empowernet Digital Literacy, Embrace the Digital age Lead the Change dilaksanakan di Auditorium Universitas Pattimura pada Selasa 17 September 2024 dan Universitas Lambung Mangkurat pada 28 Agustus 2024.  

EmpowerN3T merupakan program yang fokus pada pemberdayaan, inovasi dan konektivitas khususnya di daerah tertinggal, terdepan dan terpencil (3T). 

EmpowerN3T menawarkan pengalaman baru bagi generasi muda untuk merasakan dan menikmati kemudahan akses inovasi teknologi melalui berbagai rangkaian kegiatan mulai dari Digitalk, Digclass, Experience Booth dan Entertainment.

Bakti juga membangun keterampilan siswa dan guru melalui kerja sama dengan berbagai situs, salah satunya Ruangguru.

Menurut Ruangguru, mereka mengembangkan program Hibah Pengajaran Indonesia (ITF) untuk meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai wilayah di Indonesia. Program terbaru periode 2022 yaitu Program Dampak Pemberdayaan Guru (PPGB). 

PPGB fokus pada pengembangan kompetensi guru dan menjadi wahana perluasan dampak program dengan merancang program pengembangan guru dan proses pembelajaran siswa.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel