Bisnis.com, Jakarta-Perdagangan derivatif kripto dinilai sangat layak dan akan melipatgandakan volume perdagangan kripto saat ini.

Derivatif adalah kontrak atau perjanjian yang nilai atau prospeknya dikaitkan dengan kinerja aset lain. Derivatif adalah instrumen investasi yang terdaftar di pasar bursa dan mempunyai dasar hukum yang mengatur aturan pembeliannya.

Produk derivatif ada banyak jenisnya, antara lain: kontrak berjangka (futures contract), kontrak forward (futures contracts), kontrak opsi (option to buy and sell), kontrak pertukaran (exchange contract).

Catatan terbaru Badan Pengatur Perdagangan Berjangka Komoditi (PopPepti) menunjukkan transaksi pembayaran kripto meningkat dari Rp42,34 triliun bulanan pada Juli 2024 menjadi Rp48 triliun pada Agustus 2024.

Bappebti optimis dengan potensi bisnis berbasis kripto di Indonesia. Kasan, Presiden Bappebti, mengatakan alat derivatif ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas hingga lima kali lipat volume perdagangan kripto saat ini.

“Kami melihat pasar aset kripto di Indonesia terus berkembang, dengan minat masyarakat terhadap alat investasi digital yang semakin meningkat. Derivatif akan memberikan investor lebih banyak fleksibilitas dalam memanfaatkan pergerakan harga. volatilitas harga yang tinggi,” kata Kasan, Kamis, dikutip (10/10).

Kasan mengatakan, meski bisnis derivatif kripto di Indonesia masih dalam tahap percobaan, namun pihaknya sudah memperhitungkan potensi pasar secara matang, termasuk mempertimbangkan tren pasar internasional.

Pada tahap awal, produk keluar akan fokus pada aset kripto utama seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), dan kemungkinan perdagangan token lain akan dievaluasi jika permintaan meningkat di masa depan.

“Penting untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam produksi produk turunan ini mematuhi standar peraturan dan keselamatan yang ketat, sehingga menjaga kepentingan semua pihak yang terlibat,” kata Kasan.

Laporan Triple-A menunjukkan sekitar 13,9% penduduk Indonesia sudah memiliki aset kripto, menempatkan Indonesia di peringkat ke-12 dalam hal kepemilikan kripto global. Meskipun laporan tersebut memberikan jumlah data terbesar untuk Poppet, yang mencatat 20,9 juta pelanggan kripto pada Agustus 2024, perbedaannya mungkin mencerminkan metode pengukuran yang berbeda.

Edukasi dan literasi tentang aset kripto menjadi komponen kunci di tengah pesatnya pertumbuhan investasi kripto dalam negeri.

Sementara itu, Ketua Komunitas Pintu Nafila, Dri Hudami, menyampaikan perlunya menerapkan peran edukasi, agar peningkatan jumlah investor seiring dengan literasi dan pengembangan serta pemahaman terhadap aset kripto dan teknologi blockchain. Risikonya bermacam-macam.

“Mei lalu, kami bersama Popepti memberikan pendidikan di Universitas Erlanga [Erlanga], di mana kami membahas dasar-dasar kripto dan blockchain serta pandangan aset kripto dari sisi akuntansi. Kegembiraan yang besar membuat kami kembali ke Universitas Erlanga untuk memberikan lebih banyak pengetahuan kesadaran mendalam tentang dasar-dasar aset kripto,” katanya. .

Nafila berpendapat bahwa mahasiswa laki-laki dan perempuan di Universitas Erlanga harus melakukan pendidikan secara rutin dan selangkah demi selangkah untuk mendapatkan informasi detail sebelum berinvestasi di aset kripto.

Sementara itu, Tirtha Karma Senjeya, Kepala Biro Perdagangan dan Pengembangan Berjangka Komoditi Poppet, menjelaskan dalam laporannya bahwa pertumbuhan besar-besaran tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya minat masyarakat terhadap aset kripto sebagai alternatif investasi.

“Pertumbuhan nilai transaksi aset kripto di Indonesia didorong oleh kombinasi literasi digital masyarakat dan peran kripto sebagai alternatif investasi yang menarik. Kami melihat USDT, Bitcoin, dan Ethereum sebagai instrumen utama yang terus menarik investor di Indonesia,” ungkapnya. Tirta.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel