Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah saham berkapitalisasi besar membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup pada perdagangan awal pekan ini, Senin (5/8/2024), dengan pelemahan 3,40% menjadi 7.059,65. 

Meluncurkan terminal Bloomberg, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) Bobot IHSG sebesar 8,14% menjadi Rp 7.900 per saham sehingga menurunkan harga saham. Penurunan ini merupakan tambahan bobot indeks sebesar 26,56 poin. 

Saham besar selanjutnya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Menguat 3,82% ke Rp 4.530 dan menghabiskan 25,98 poin IHSG. Penurunan ini juga merupakan yang terbesar dalam satu hari penuh sejak 26 April 2014. 

Selain itu, sahamnya PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) terpantau membebani IHSG sebesar 25,80 poin. Pada perdagangan hari ini, emiten yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu ini turun 6,93% ke level Rp 9.400 per saham. 

Pada akhir hari ini, IHSG terkoreksi 248,46 poin atau 3,40% ke 7.059,65. Bertambah 62 saham, kemudian berkurang 592 saham, dan berkembang sebanyak 134 saham. Total pasar saham mencapai Rp 11.998,86 triliun. 

Di tempat lain, bursa Asia lainnya juga melemah. Indeks Nikkei misalnya mencatatkan pelemahan 12,40%, indeks Seng Seng menguat 1,46%, dan Indeks Temporal turun 4,07%.

Senior Investment Intelligence Mira Sekuritas Asset, M. Adityo Nugroho menjelaskan penurunan IHSG dan pasar global lainnya disebabkan oleh beberapa faktor utama. 

Pertama, kata Adityo, data ketenagakerjaan di Amerika Serikat lemah. Menurut dia, pelemahan tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi di AS, sebelum bank sentral mulai menurunkan suku bunganya. 

“Kedua, reli pasar saham AS baru-baru ini didominasi oleh saham teknologi, yang merupakan saham pertumbuhan. “Mengingat potensi pertumbuhannya, penilaian terhadap teknologi premium tidak dapat dibenarkan,” ujarnya, Senin (5/8/2024).

Selain itu, ia menambahkan, faktor ketiga adalah intervensi Bank of Japan (BoJ) dalam penurunan suku bunga dan intervensi terhadap nilai tukar mata uang Jepang yang berhasil memperkuat mata uang tersebut.

Faktanya, penguatan Nikkei belakangan ini yang sempat menyentuh level 42.000 didorong oleh depresiasi upah di Jepang. Hal ini karena Yen sangat populer bagi perusahaan perdagangan dan ekspor.

Jadi di sisi lain, penguatan yen berpotensi menurunkan kinerja perusahaan-perusahaan tersebut, kata Adityo.  Indeks bobot sistem saraf turun seiring dengan IHSG;

——————————

Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan jelas ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel